TASIKMALAYA | Priangan.com – Gelombang keresahan melanda orang tua murid di Tasikmalaya setelah kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat. Bukan hanya di Garut yang menimpa ratusan siswa, tetapi sebelumnya kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya.
Peristiwa di Cikalong sempat ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu. Sejumlah siswa mengalami gejala mual dan muntah setelah menyantap menu MBG di sekolah mereka. Meski jumlahnya tidak sebanyak kasus di Garut, namun insiden itu sudah cukup membuat orang tua waswas.
“Kasus di Cikalong sudah bikin kami khawatir, apalagi sekarang dengar di Garut ratusan anak keracunan. Jujur saja, saya jadi ragu kalau anak-anak makan MBG di sekolah,” ujar Yayah (39), warga Kecamatan Cipatujah, Selasa (23/9/2025).
Asep (45), warga Kecamatan Singaparna, juga menyuarakan keresahannya. Ia menilai program ini memang penting untuk menunjang gizi anak, tetapi harus diiringi dengan pengawasan ketat.
“Kalau sampai dua kali kejadian di daerah sekitar, jelas ada masalah serius di pengawasan. Pemerintah jangan sampai lengah. Kami minta dapur MBG diperiksa betul, jangan main-main,” katanya.
Sejumlah orang tua lain juga meminta agar Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan melakukan inspeksi rutin, mulai dari bahan baku, dapur, penyimpanan, hingga proses distribusi makanan.
“Kalau bisa ada petugas yang tiap hari kontrol. Anak-anak jangan jadi korban lagi,” ucap Iis (41), warga Kecamatan Sukarame.
Pengamat kebijakan publik asal Tasikmalaya, Rico Ibrahim, menilai keresahan orang tua ini wajar mengingat sudah ada dua kejadian. Menurutnya, Pemkab harus bergerak cepat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
“MBG adalah program strategis nasional. Tapi jika berulang kali memunculkan kasus keracunan, dampaknya justru negatif. Pemkab harus berani audit total pelaksanaannya,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, pada kasus di Garut pekan lalu, sebanyak 657 siswa dari empat sekolah di Kecamatan Kadungora mengalami gejala keracunan. Sementara insiden di Tasikmalaya sebelumnya menimpa sejumlah siswa di Kecamatan Cikalong. Meski sebagian besar korban telah pulih, dua peristiwa ini meninggalkan trauma bagi orang tua.
“Harapan kami sederhana: anak-anak aman dan sehat. Kalau program ini tidak diawasi serius, lebih baik ditunda dulu,” pungkas Yayah. (yna)