TASIKMALAYA | Priangan.com – Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengungkap fakta mengejutkan terkait penyebaran HIV/AIDS di wilayahnya. Sepanjang Januari hingga Juni 2025, dari total 83 kasus baru yang terdeteksi, sebagian besar penderitanya berasal dari kelompok usia produktif. Yang mengkhawatirkan, banyak di antaranya merupakan pelajar, mahasiswa, dan pekerja muda.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, menyebut peningkatan kasus HIV di kalangan generasi muda bukan hanya tren tahunan, tetapi telah menjadi ancaman nyata yang membutuhkan perhatian lintas sektor.
“Yang paling dominan tertular adalah laki-laki usia 21 hingga 30 tahun. Banyak dari mereka adalah pelajar tingkat akhir, mahasiswa, dan pekerja pemula,” ujar Uus, Selasa, 5 Agustus 2025.
Menurut Uus, dari 10.091 orang yang menjalani pemeriksaan tahun ini, 83 orang dinyatakan positif HIV. Satu di antaranya bahkan masih balita, tertular dari ibu saat proses kelahiran. Namun kelompok paling banyak adalah usia produktif dengan gaya hidup berisiko tinggi.
“Sebagian besar dari kasus baru ini merupakan hasil skrining aktif yang kami lakukan ke kampus dan komunitas,” ungkapnya.
Fakta lapangan menunjukkan bahwa pola penyebaran HIV saat ini tak lagi terbatas pada kelompok marginal. Dinas Kesehatan mencatat lonjakan kasus pada lelaki seks dengan lelaki (LSL) sebagai faktor penularan tertinggi.
“Banyak anak muda kita yang tertular karena hubungan seksual sesama jenis. Ini terjadi secara diam-diam dan sulit terdeteksi jika tidak ada pemeriksaan,” kata Uus.
Ia menambahkan bahwa wilayah dengan kasus HIV terbanyak adalah Kecamatan Cihideung, Tawang, dan Cipedes, yang juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan aktivitas mahasiswa di Kota Tasikmalaya.
“Trennya memang bergeser ke kawasan urban, di mana gaya hidup bebas mulai masuk ke kalangan muda,” ujarnya.
Dinkes menyebut tren peningkatan kasus sudah terlihat sejak 2022 dan terus melonjak. Pada 2022 dan 2023 tercatat masing-masing 145 kasus baru, lalu naik menjadi 169 kasus pada 2024. Tahun ini, meskipun baru semester pertama, sudah ditemukan 83 kasus baru.
Uus mengakui bahwa pihaknya masih menghadapi tantangan besar dalam upaya edukasi dan pencegahan, khususnya kepada remaja dan mahasiswa yang enggan terbuka soal perilaku seksual mereka.
“Masih banyak yang menganggap HIV ini hanya menyerang kelompok tertentu. Padahal sekarang anak sekolah pun bisa kena jika tak paham risiko,” katanya.
Ia mengimbau agar para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum tidak takut melakukan tes HIV, apalagi jika merasa memiliki risiko. “HIV tidak menular lewat pelukan, salaman, atau berbagi alat makan. Tapi menular lewat darah, cairan kelamin, dan ASI. Ini harus dipahami sejak dini,” ujarnya.
Dinkes Kota Tasikmalaya terus menggencarkan skrining gratis dan pemberian obat antiretroviral (ARV) bagi para penderita. Tujuannya, bukan hanya mengobati, tetapi juga mencegah penyebaran virus lebih luas.
“Kalau ditemukan sejak awal dan rutin minum ARV, HIV tidak akan berkembang menjadi AIDS. Tapi kita harus berani periksa, jangan malu,” ujar Uus. (yna)