TASIKMALAYA | Priangan.com — Wabah HIV/AIDS masih menjadi tantangan serius di Kota Tasikmalaya. Hingga pertengahan tahun 2025, jumlah kasus yang tercatat telah menembus angka 1.518. Yang mengejutkan, sebagian besar kasus berasal dari kelompok usia produktif, termasuk pelajar, mahasiswa, hingga pekerja muda. Bahkan, 8 di antaranya telah meninggal dunia dalam enam bulan terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah kasus didapat setelah pihaknya memperluas cakupan skrining secara masif, khususnya terhadap masyarakat dengan risiko tinggi.
“Sejak Januari hingga Juni 2025, kami melakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 10 ribu orang, dan hasilnya, 83 orang terkonfirmasi positif HIV. Delapan orang di antaranya tidak tertolong,” kata Uus saat dihubungi wartawan, Jumat (18/7/2025).
Dari total yang terdeteksi tahun ini, sebagian besar berasal dari kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL), serta wanita pekerja seks (WPS). Peningkatan juga terlihat dari tahun ke tahun: 145 kasus pada 2022 dan 2023, lalu naik menjadi 169 kasus di 2024. Tahun ini, baru enam bulan berjalan, sudah 83 kasus ditemukan.
Kecamatan Cihideung, Tawang, dan Cipedes menjadi wilayah dengan penyumbang kasus terbanyak. Namun yang mengkhawatirkan, Dinas Kesehatan juga menemukan kasus pada anak berusia satu tahun yang tertular sejak lahir dari ibunya.
“Kami terus menggencarkan pemeriksaan, bukan hanya pada kelompok LSL dan WPS, tapi juga ibu hamil, karena ada risiko penularan dari ibu ke anak. Semua pasien yang terdeteksi akan langsung kami berikan pengobatan ARV (antiretroviral) secara gratis,” ujar Uus.
Menurutnya, strategi deteksi dini menjadi kunci utama untuk mencegah penyebaran lebih luas. Hingga kini, total warga Kota Tasikmalaya yang telah menjalani skrining HIV mencapai hampir 178 ribu orang.
Meski kasus meningkat, Uus menegaskan bahwa HIV/AIDS bukan penyakit yang mudah menular melalui kontak biasa seperti bersalaman, berpelukan, berbagi alat makan, atau penggunaan toilet. Virus ini hanya bisa menular lewat cairan tubuh, seperti darah, air susu ibu, sperma, dan cairan vagina.
“HIV bisa dikendalikan. Penderita tetap bisa hidup normal asal rutin minum obat. Maka dari itu, kami terus mengajak masyarakat agar tidak takut memeriksakan diri, terutama mereka yang merasa punya risiko,” tuturnya.
Dinkes juga akan memperkuat edukasi ke sekolah-sekolah, tempat kerja, dan komunitas agar tidak hanya fokus pada pengobatan, tapi juga perubahan perilaku dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya serta cara penularan HIV/AIDS.
Dengan angka yang terus bertambah dan tren penularan pada generasi muda, Pemkot Tasikmalaya melalui Dinas Kesehatan berharap semua pihak dapat terlibat aktif dalam menekan laju penyebaran HIV/AIDS—bukan hanya melalui program medis, tetapi juga pendekatan sosial dan edukatif. (yna)