TOKYO | Priangan.com – Inilah sosok Kaisar Hirohito. Ia merupakan salah satu pemimpin legendaris di Jepang. Di bawah kepemimpinannya, negeri Sakura mengalami masa perubahan besar, dari negara militeris yang terlibat dalam Perang Dunia II hingga menjadi kekuatan ekonomi modern yang disegani dunia. Hirohito lahir di Tokyo pada 29 April 1901 sebagai anak pertama dari Kaisar Taisho dan Permaisuri Teimei. Sejak kecil, ia dipersiapkan untuk memimpin dengan pendidikan yang disiplin dan berorientasi pada nilai-nilai tradisional Jepang. Ia secara resmi naik takhta pada tahun 1926 setelah ayahnya wafat, dan era pemerintahannya dikenal sebagai era Showa, yang berarti perdamaian yang tercerahkan.
Awal masa kekuasaannya diwarnai dengan kebangkitan nasionalisme dan ekspansi militer Jepang. Di bawah pengaruh para jenderal dan politisi militer, Jepang memperluas kekuasaannya ke Asia Timur, termasuk pendudukan di Manchuria pada 1931 dan invasi ke Tiongkok pada 1937. Hirohito menjadi simbol kesatuan bangsa, meski keterlibatannya dalam pengambilan keputusan militer masih menjadi perdebatan sejarah hingga kini. Banyak sejarawan menilai bahwa ia lebih berperan sebagai figur simbolis, sementara keputusan strategis banyak diambil oleh kalangan militer.
Ketika Jepang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, Hirohito berada di puncak kekuasaannya. Serangan itu memicu keterlibatan langsung Jepang dalam Perang Dunia II dan memperluas medan perang hingga ke Asia Tenggara dan Pasifik. Namun seiring berjalannya waktu, posisi Jepang semakin terdesak oleh kekuatan Sekutu. Setelah dua bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945, Hirohito mengambil keputusan bersejarah dengan mengumumkan menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Melalui pidato radio pada 15 Agustus 1945, yang dikenal sebagai Gyokuon-hōsō, ia untuk pertama kalinya berbicara langsung kepada rakyatnya, meminta mereka menerima kekalahan demi menyelamatkan bangsa dari kehancuran total.
Setelah perang usai, posisi Hirohito sebagai kaisar menjadi perdebatan di antara negara-negara pemenang perang. Namun Jenderal Douglas MacArthur, pemimpin pasukan pendudukan Amerika Serikat di Jepang, memutuskan untuk mempertahankan status Hirohito sebagai simbol negara. Pada tahun 1946, Hirohito menandatangani konstitusi baru yang mengubah sistem pemerintahan Jepang dari monarki absolut menjadi monarki konstitusional. Dalam dokumen itu, ia juga menyatakan bahwa dirinya bukan lagi keturunan dewa, mengakhiri kepercayaan kuno tentang ketuhanan kaisar.
Selama masa pascaperang, Hirohito berupaya memperbaiki citra dirinya dan negaranya di mata dunia. Ia berkeliling ke berbagai negara, menghadiri pertemuan internasional, dan menjadi simbol stabilitas bagi rakyat Jepang. Di bawah pemerintahannya, Jepang bangkit dari kehancuran perang dan tumbuh menjadi negara industri maju. Pembangunan ekonomi yang pesat di era 1950-an hingga 1980-an menjadi bukti keberhasilan transformasi Jepang menuju masa modern.
Kaisar Hirohito wafat pada 7 Januari 1989 dalam usia 87 tahun. Kepergiannya menandai berakhirnya era Showa yang telah berlangsung selama lebih dari enam dekade. Ia digantikan oleh putranya, Akihito, yang memulai era Heisei. (wrd)

















