TASIKMALAYA | Priangan.com – Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali mengguncang Kabupaten Tasikmalaya. Peristiwa terbaru terjadi di Kecamatan Cipatujah pada Rabu (1/10/2025). Hingga saat ini sudah ada 109 siswa dari SMK Negeri Cipatujah, SMP Negeri 4 Cipatujah, serta sejumlah santri Pondok Pesantren Nursyamsi menjadi korban.
Para siswa dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, pusing, hingga sesak napas setelah menyantap menu MBG yang dibagikan di sekolah. Situasi darurat membuat para korban harus segera dilarikan ke berbagai fasilitas kesehatan terdekat.
Kepala Puskesmas Cipatujah, Cepi Anwar, mengatakan penanganan korban tidak hanya dilakukan di puskesmas setempat, tetapi juga menyebar ke sejumlah wilayah lain karena keterbatasan kapasitas.
“Selain di Cipatujah, pasien juga dirawat di Puskesmas Bantarkalong, Culamega, Karangnunggal, Darawati, dan beberapa klinik swasta. Dari 109 korban, 73 orang sudah membaik dan dipulangkan, tinggal 36 orang masih mendapat perawatan,” jelas Cepi.
Ia menambahkan, kondisi korban yang masih dirawat umumnya sudah mulai stabil, meski tetap dalam pengawasan tenaga medis.
Insiden ini menambah daftar panjang kasus keracunan yang terjadi di Tasikmalaya akibat konsumsi makanan program MBG. Dalam beberapa bulan terakhir, kejadian serupa tercatat beberapa kali muncul di berbagai kecamatan, menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap kualitas pengawasan pangan program nasional tersebut.
Wakil Bupati Tasikmalaya, Asep Sopari Al-Ayubi, menyampaikan keprihatinannya sekaligus menegaskan pentingnya evaluasi serius.
“Kami prihatin karena kejadian seperti ini bukan yang pertama. Meski kondisi para korban sudah stabil, bahkan sebagian besar sudah pulang, pemerintah tidak bisa tinggal diam. Kejadian ini harus menjadi pelajaran agar tidak berulang,” ujarnya.
Hingga saat ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya masih menunggu hasil uji sampel makanan untuk memastikan penyebab pasti keracunan. Dugaan sementara mengarah pada kelalaian dalam proses pengolahan atau distribusi makanan, namun belum ada kesimpulan resmi.
Pemerintah daerah bersama aparat kesehatan berjanji memperketat pengawasan, termasuk mempercepat pelatihan keamanan pangan bagi dapur-dapur relawan MBG agar setiap penyajian makanan benar-benar memenuhi standar higienis.
Masyarakat, terutama orang tua siswa, berharap kasus Cipatujah ini menjadi alarm keras bagi pelaksana program. Pasalnya, program MBG yang sejatinya bertujuan meningkatkan gizi anak sekolah justru menimbulkan risiko kesehatan bila pengawasan longgar.
Dengan update ini, jumlah korban di Cipatujah kini menambah deretan kasus serupa di Jawa Barat, memperkuat desakan agar pemerintah tidak hanya sekadar menggulirkan program, tetapi juga memastikan keamanan pangan benar-benar terjamin. (yna)