Julius R. Oppenheimer, Sang Pencipta Bom Atom Pertama di Dunia

WASHINGTON, D.C | Priangan.com – Inilah sosok Julius Robert Oppenheimer. Ia merupakan fisikawan teoretis asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai tokoh utama di balik terciptanya bom atom pertama di dunia. Lahir di New York pada 22 April 1904 dari keluarga imigran Jerman yang hidup berkecukupan, Oppenheimer tumbuh sebagai anak yang gemar membaca dan memiliki minat kuat pada ilmu pengetahuan.

Setelah menamatkan pendidikan di Harvard, ia melanjutkan studi ke Cambridge, Inggris, dan kemudian meraih gelar doktor di Universitas Göttingen, Jerman, di bawah bimbingan fisikawan terkenal Max Born. Sejak awal kariernya di dunia akademik, ia dikenal sebagai sosok cerdas yang berperan besar dalam mengembangkan teori mekanika kuantum dan membimbing banyak fisikawan muda di Amerika.

Perjalanan hidup Oppenheimer berubah ketika Perang Dunia II pecah. Pada awal 1940-an, pemerintah Amerika Serikat memulai proyek rahasia berskala besar untuk mengembangkan senjata nuklir. Proyek itu diberi nama Proyek Manhattan.

Oppenheimer dipercaya sebagai direktur ilmiah dan memimpin laboratorium penelitian di Los Alamos, New Mexico. Di bawah kepemimpinannya, ratusan ilmuwan, insinyur, dan teknisi bekerja untuk merancang senjata berbasis reaksi fisi nuklir. Ia menjadi penghubung antara ilmuwan, militer, dan pemerintah dalam mengoordinasikan setiap tahap pengembangan.

Kerja keras tim Los Alamos mencapai puncaknya pada 16 Juli 1945 ketika uji coba pertama senjata nuklir dilakukan di gurun Jornada del Muerto, New Mexico. Uji coba itu diberi nama Trinity, sebuah istilah yang dipilih langsung oleh Oppenheimer.

Ledakan yang terjadi membuktikan bahwa energi atom dapat dilepaskan dengan kekuatan dahsyat yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Beberapa minggu setelah uji coba itu, dua bom yang dikembangkan dari hasil penelitian tersebut dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Peristiwa itu mengakhiri perang, namun juga membuka babak baru dalam sejarah dunia: era senjata nuklir.

Lihat Juga :  Hula, Bahasa Tubuh yang Sempat Nyaris Punah

Setelah perang berakhir, Oppenheimer sempat menjadi penasihat utama Komisi Energi Atom Amerika Serikat. Ia mendorong pengawasan ketat terhadap penggunaan energi nuklir untuk mencegah penyalahgunaan di masa depan. Namun sikapnya yang menolak pengembangan bom hidrogen dan pandangannya yang lebih berhati-hati terhadap kebijakan militer menimbulkan ketegangan politik.

Lihat Juga :  Sophie Blanchard, Perempuan Pertama yang Menantang Langit

Pada 1954, ia menghadapi sidang keamanan yang diselenggarakan oleh Komisi Energi Atom. Sidang tersebut menyoroti hubungan masa lalunya dengan sejumlah kalangan kiri intelektual pada 1930-an. Meski tidak terbukti melakukan pelanggaran, Oppenheimer kehilangan izin keamanan dan jabatan strategisnya. Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam sejarah Amerika tentang hubungan antara ilmuwan, kebebasan berpikir, dan politik negara.

Beberapa tahun kemudian, pandangan publik terhadap Oppenheimer mulai berubah. Pemerintah Amerika Serikat memberikan pengakuan atas jasa dan kontribusinya dalam ilmu pengetahuan. Pada 2 Desember 1963, ia menerima Enrico Fermi Award dari Presiden Lyndon B. Johnson sebagai bentuk penghormatan terhadap kiprahnya dalam pengembangan fisika dan kepemimpinannya selama masa perang. Penghargaan itu dianggap sebagai upaya simvbolis untuk memulihkan reputasinya setelah bertahun-tahun tersingkir dari lingkar kebijakan.

Oppenheimer meninggal dunia pada 18 Februari 1967 di Princeton, New Jersey, akibat kanker tenggorokan. Ia pun meninggalkan warisan besar dalam sejarah sains dan politik dunia. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos