Daily News

Jokowi Buka Suara Soal Penurunan Kelas Menengah Global Merupakan Krisis Dunia, Bukan Hanya Indonesia

Presiden Joko Widodo berbincang dengan para pejabat dan staf medis di Gedung Pelayanan Kesehatan Respirasi Ibu dan Anak yang baru diresmikan di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, pada Jumat (30/8/2024). | Kompas.com

JAKARTA | Priangan.com – Dalam sebuah acara peresmian di Jakarta Timur, Presiden Joko Widodo menyoroti masalah penurunan kelas menengah yang kini mengglobal. Menurut Jokowi, fenomena ini bukan hanya menjadi isu lokal, tetapi juga mempengaruhi banyak negara di seluruh dunia.

“Itu problem terjadi hampir di semua negara,” kata Jokowi setelah meresmikan Gedung Pelayanan Kesehatan Respirasi Ibu dan Anak di Rumah Sakit Persahabatan, Jumat (30/8/2024).

Tak hanya itu, Jokowi juga menyebut penurunan kelas menengah merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor, termasuk kemerosotan ekonomi global yang dimulai dari krisis pandemi.

“Karena ekonomi global turun semuanya, ada Covid 2-3 tahun lalu mempengaruhi. Semua negara saat ini berada pada kesulitan yang sama,” tambahnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan signifikan dari tahun ke tahun sejak 2019. Menurut data BPS, pada 2019 terdapat 57,33 juta jiwa dalam kategori kelas menengah, namun angka ini turun menjadi 47,85 juta jiwa pada 2023.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjelaskan bahwa melemahnya sektor industri manufaktur adalah salah satu penyebab utama dari penurunan ini.

Bhima menambahkan bahwa fenomena ini juga berkontribusi pada meningkatnya jumlah tenaga kerja di sektor informal, yang kini mencakup lebih dari 40 persen dari total tenaga kerja.

“Deindustrialisasi prematur atau menurunnya porsi industri terhadap PDB juga berimbas ke PHK massal,” ujarnya.

Meskipun jumlah kelas menengah menurun, ada pula pertumbuhan jumlah masyarakat yang berada di jalur menuju kelas menengah. Pada 2019, ada 128,85 juta jiwa yang tergolong dalam kategori ini, dan angka tersebut naik menjadi 137,50 juta jiwa pada 2024.

Tonton Juga :  Petaka Kecubung di Banjarmasin; 47 Orang Masuk RSJ, Dua di Antaranya Mati Konyol

Situasi ini menunjukkan dinamika ekonomi dan sosial yang kompleks, menuntut adanya penyesuaian kebijakan yang lebih tepat dan peningkatan jaring pengaman sosial untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi yang berkembang. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: