TEXAS | Priangan.com – Texas adalah salah satu wilayah di Amerika Serikat. Namun, siapa sangka, ternyata daerah ini pernah berdiri sebagai negara merdeka.
Semuanya bermula ketika Texas memisahkan diri dari Meksiko pada 1836. Wilayah ini menjalani masa hampir satu dekade sebagai Republik Texas dengan konstitusi, parlemen, dan presidennya sendiri.
Republik ini berupaya mendapat pengakuan internasional, bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Inggris dan Prancis. Status merdeka itu di satu sisi memberi identitas tersendiri, namun di sisi lain membuat Texas berada dalam posisi sulit menghadapi ancaman Meksiko yang belum pernah benar-benar menerima pemisahan tersebut.
Kehidupan sebagai republik membawa berbagai tantangan. Secara militer, Texas menghadapi serangan berulang dari pasukan Meksiko di perbatasan. Ekonominya juga rapuh karena bergantung pada pertanian kapas dan perdagangan lintas batas. Pemerintah Texas menyadari bahwa tanpa perlindungan yang lebih kuat, kelangsungan republik akan selalu berada dalam bahaya. Dari sinilah muncul gagasan untuk bergabung dengan Amerika Serikat, meski pilihan itu sejak awal memicu perdebatan sengit.
Di Amerika Serikat sendiri, isu aneksasi Texas tidak pernah sederhana. Texas adalah wilayah yang mengizinkan perbudakan, sehingga masuknya Texas dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan politik antara negara bagian Utara yang menolak perbudakan dengan negara bagian Selatan yang mendukungnya. Perdebatan berlangsung di Kongres dan memunculkan pertentangan tajam, namun Presiden John Tyler mengambil langkah politis dengan mengusulkan resolusi bersama. Jalan ini dipilih karena lebih mudah disahkan dibanding perjanjian resmi yang memerlukan persetujuan dua pertiga Senat.
Setelah resolusi disahkan pada 1 Maret 1845, Tyler segera menandatanganinya dan mengirimkan tawaran resmi ke Texas. Pemerintah Texas di bawah Presiden Anson Jones menindaklanjuti dengan menggelar konvensi di Austin pada Juni 1845. Konvensi tersebut menyetujui tawaran aneksasi dan menyusun rancangan konstitusi negara bagian. Pada Oktober 1845 rakyat Texas memberikan persetujuan melalui pemungutan suara, dan proses itu berujung pada pengumuman resmi pada 29 Desember 1845 bahwa Texas diterima sebagai negara bagian ke-28.
Momen peralihan itu berlangsung pada awal 1846 ketika pejabat negara bagian mulai dilantik. Presiden Anson Jones menyerahkan kekuasaan secara resmi, menutup babak Republik Texas dan memulai era baru sebagai bagian dari Amerika Serikat. Upacara itu disambut meriah oleh sebagian warga, namun tetap menyisakan keraguan dari kelompok yang menganggap kemerdekaan seharusnya dipertahankan.
Aneksasi Texas langsung berdampak besar di kawasan. Meksiko memprotes keras langkah itu dan menilai Amerika Serikat telah mencaplok wilayahnya. Perselisihan ini kemudian meningkat menjadi Perang Meksiko–Amerika pada 1846. Perang berlangsung dua tahun dan berakhir dengan kemenangan Amerika Serikat.
Hasil perang itu membuat Meksiko kehilangan wilayah luas lain di utara, termasuk California, New Mexico, Arizona, hingga Utah. Dengan demikian, keputusan Texas bergabung dengan AS bukan hanya mengubah status satu republik kecil, melainkan memicu rangkaian peristiwa yang menggeser peta kekuasaan di Amerika Utara.
Meski awalnya menimbulkan perpecahan politik, aneksasi Texas pada akhirnya memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai kekuatan utama di benua itu. Bagi Texas, keputusan bergabung dianggap sebagai langkah realistis untuk menjamin keamanan dan membuka peluang ekonomi yang lebih besar.
Bagi Meksiko, peristiwa ini menjadi titik awal kehilangan wilayah luas yang pernah menjadi bagian integral dari negaranya. Hingga kini, momentum aneksasi Texas tetap dipandang sebagai salah satu bab penting yang menjelaskan bagaimana ekspansi Amerika Serikat berjalan seiring konflik, kompromi politik, dan dinamika internasional. (wrd)
