Jejak Panjang Kopi: Dari Ethiopia hingga Harum di Tanah Nusantara

JAKARTA | Priangan.com – Sebagian besar orang pasti suka kopi. Minuman yang satu ini biasa menjadi teman setia di pagi hari, penawar di kala kantuk, atau sekadar alasan untuk berbincang dan menenangkan diri di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Namun, siapa sangka, di balik aroma dan rasa pahitnya yang khas, kopi ternyata menyimpan perjalanan panjang hingga melintasi banyak benua. Jauh sebelum sampai di Nusantara, kopi pertamakali mewangi di pegunyngan Ethiopia.

Ya, konon, kisah kopi bermula di dataran tinggi Ethiopia sekitar abad ke-9. Kala itu, ada seorang penggembala bernama Kaldi yang menemukan kambing-kambingnya menjadi lebih bersemangat setelah memakan buah merah dari semak misterius. Rasa penasaran membawanya mencoba buah itu sendiri dan seketika tubuhnya terasa hangat dan segar. Dari peristiwa sederhana itulah kisah panjang kopi dimulai, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

Seirinh berjalannya waktu, biji kopi menyeberang ke Semenanjung Arab. Di tanah Hijaz dan Yaman, kopi menjadi bagian dari kehidupan sosial dan spiritual umat Muslim. Para sufi meminumnya untuk tetap terjaga dalam zikir malam, dan dari sanalah lahir kebiasaan menyeruput kopi sebagai teman kontemplasi.

Bahkan, di Makkah dan Kairo, kedai kopi tumbuh pesat menjadi tempat pertemuan para pedagang, ulama, dan pemikir. Minuman hitam ini lalu menembus batas laut menuju Konstantinopel dan kemudian ke Eropa.

Kehadiran kopi di Eropa sempat memicu perdebatan. Sebagian kalangan gereja menolak dan menyebutnya “minuman setan dari Timur”. Kendati begitu, kopi apda akhirnya mendapat tempat istimewa di kafe-kafe kota besar seperti Venesia, Paris, dan London, dan menjadi simbol gaya hidup kaum intelektual dan pedagang.

Gelombang perdagangan global yang dipimpin bangsa Eropa membawa kopi ke berbagai penjuru dunia. Belanda menjadi salah satu negara yang paling ambisius menguasai pasar kopi. Pada abad ke-17, mereka membawa bibit kopi Arabica ke Nusantara melalui tangan VOC. Pulau Jawa menjadi tanah subur bagi tanaman baru itu. Dari sini lahirlah istilah “Java Coffee” yang harum namanya hingga ke Eropa.

Lihat Juga :  Zabir Coffee and Friends Angkat Citra Kopi Garut

Kopi Indonesia perlahan menjadi komoditas unggulan yang mendatangkan keuntungan besar bagi penjajah. Di balik itu, penderitaan rakyat muncul karena sistem tanam paksa yang memaksa petani menanam kopi untuk kepentingan kolonial. Namun seiring waktu, kopi juga menjadi bagian dari identitas bangsa ini, seperti kopi robusta Sumatra hingga arabika Toraja, setiap biji kopinya menyimpan cerita panjang tentang tanah dan keringat petaninya.

Lihat Juga :  Ides of March, Peristiwa Pembunuhan Tragis Julius Caesar

Kini, kopi tak lagi sekadar minuman. Ia menjadi budaya, simbol perjumpaan, dan bagian dari keseharian masyarakat dunia. Dari warung kecil di pinggir jalan hingga kedai modern di tengah kota, aroma kopi terus menjadi teman setia di segala situasi. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos