YOGYAKARTA | Priangan.com — Program percepatan yang dikenal dengan istilah quick wins dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bukan sekadar catatan administratif yang harus dipenuhi instansi pemerintah. Hal itu ditegaskan oleh Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Jawa Barat, Dadi Ahmad Roswandi, dalam forum evaluasi capaian program di Yogyakarta, Kamis (12/6/2025).
Dadi menekankan pentingnya quick wins sebagai langkah nyata yang bisa langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan di daerah, khususnya perangkat daerah yang membidangi keluarga berencana dan pembangunan keluarga, untuk memperkuat komitmen dalam menyukseskan agenda tersebut.
“Ini bukan soal memenuhi target administratif semata. Quick wins harus mampu menjawab tantangan di lapangan dan membawa perubahan yang konkret, terutama dalam upaya membangun ketahanan keluarga di Jawa Barat,” ujarnya.
Lebih jauh Dadi menyampaikan, quick wins merupakan bagian dari strategi besar menyambut Indonesia Emas 2045. Fondasinya adalah penguatan keluarga, peningkatan kesetaraan gender, serta mendorong masyarakat yang inklusif. Fokus utamanya adalah membentuk sumber daya manusia unggul melalui ketahanan individu dan keluarga.
Namun, ia juga mengakui bahwa capaian kinerja program tahun 2024 masih belum optimal. Berdasarkan laporan kinerja instansi, beberapa indikator utama hanya mencapai kategori “cukup”. Contohnya, partisipasi keluarga dalam pengasuhan dan pembentukan karakter anak baru mencapai 74,96 persen, sedangkan indeks informasi metode kontrasepsi masih di angka 71,97 persen. Layanan KB pascapersalinan juga belum menyentuh target maksimal, yakni 78,60 persen.
Terkait realisasi anggaran, Dadi menyebut bahwa dana alokasi khusus (DAK) tahun anggaran 2024 menunjukkan kinerja cukup baik, dengan serapan fisik sebesar 90,81 persen dan nonfisik mencapai 96,61 persen.
Namun untuk program quick wins itu sendiri, capaian hingga Mei 2025 masih tergolong rendah. Dalam program Genting (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), dari target 207 ribu keluarga berisiko stunting, baru sekitar 2.700 yang sudah mendapatkan bantuan. Orang tua asuh yang berhasil dihimpun juga masih sangat sedikit, yakni 81 orang. Meski demikian, bantuan berupa nutrisi, fasilitas sanitasi, dan akses air bersih telah tersalurkan dengan total nilai lebih dari Rp 800 juta.
Sementara itu, untuk program Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak), baru ada dua model percontohan yang berjalan: satu di Depok dan satu di Ciamis. Sedangkan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) baru berhasil menjangkau sekitar 2.690 peserta dari target lebih dari 250 ribu ayah atau calon ayah.
Program keempat dalam quick wins adalah Sidaya atau Lansia Berdaya. Dadi memaparkan bahwa sebanyak 4.949 lansia telah mendapat layanan kesehatan, dan ratusan lainnya ikut aktif dalam kegiatan sekolah lansia serta pelatihan perawatan jangka panjang.
“Kami berharap seluruh OPD dan stakeholder terkait tak hanya berfokus pada pencapaian angka, tapi juga memprioritaskan kualitas pelaksanaan. Dari sini kita bisa membangun generasi dan masyarakat yang lebih tangguh,” tutup Dadi. (yna)