WASHINGTON | Priangan.com – Pemilihan Donald Trump terhadap Senator Ohio yang populis, JD Vance, sebagai calon wakil presidennya membawa dampak yang signifikan terhadap sikap luar negeri AS terhadap China.
Vance, yang baru-baru ini diumumkan sebagai pasangan Trump, secara tegas menyatakan pandangannya bahwa China merupakan ancaman utama bagi Amerika Serikat.
Dikenal karena bukunya yang berjudul “Hillbilly Elegy” dan kebijakan proteksionisnya, Vance menggambarkan kebangkitan China sebagai pabrik dunia menjadi penyebab utama keruntuhan sektor manufaktur AS.
Di sebuah wawancara dengan Fox News pada Senin (15/7) , dia menegaskan bahwa fokus utama pemerintahan Trump yang kedua akan ditujukan pada penyelesaian krisis dengan negosiasi, agar AS dapat lebih fokus menangani tantangan yang dihadirkan oleh China.
Sementara itu, reaksi terhadap pemilihan Vance tidak hanya terasa di AS, tetapi juga di Beijing. Kementerian Luar Negeri China menegaskan penentangannya terhadap penggunaan China sebagai isu politik dalam kampanye presiden AS.
Dalam konteks politik AS, wakil presiden biasanya memiliki pengaruh terbatas dalam kebijakan luar negeri, namun Vance telah menegaskan bahwa dia akan menjadi pendukung setia dalam mewujudkan agenda Trump.
Dengan latar belakangnya sebagai seorang veteran Marinir, lulusan Sekolah Hukum Yale, dan pengusaha di San Francisco, Vance dianggap memiliki kredibilitas untuk membawa pengaruh signifikan dalam pemerintahan.
Kepemimpinan Vance dalam masalah China sejalan dengan pandangan umum Partai Republik di Kongres, yang juga menilai China sebagai ancaman terbesar bagi keamanan AS. Dalam pandangannya, keanggotaan China dalam Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2001 dianggap sebagai sebuah bencana ekonomi.
Perdebatan mengenai kebijakan terhadap China tidak hanya terbatas pada partai Republik. Bahkan Presiden Joe Biden, dari Partai Demokrat, telah mempertahankan sebagian besar kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump, menunjukkan kesepakatan bipartisan yang luas mengenai perlunya menghadapi tantangan dari China.
Dengan pemilihan Vance, Trump secara jelas mengisyaratkan bahwa kebijakan keras terhadap China akan tetap menjadi fokus utama dalam pemerintahannya. Ini tidak hanya mencakup masalah perdagangan, tetapi juga isu-isu keamanan nasional seperti pengendalian narkotika dan perlindungan sektor-sektor strategis dari pengaruh asing.
Analisis menyatakan bahwa pemilihan Vance tidak hanya menguatkan posisi Trump dalam menangani China tetapi juga mencerminkan pendekatan politik yang akan dihadapi AS dalam tahun-tahun mendatang terkait dengan geopolitik global. (mth)