BEIRUT | Priangan.com – Militer Israel mengklaim telah menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan senior Hizbullah, dalam serangan udara yang dilakukan di pinggiran selatan Beirut pada Selasa malam (30/7).
Serangan ini sebagai balasan atas serangan roket lintas batas yang menewaskan 12 pemuda di Dataran Tinggi Golan tiga hari lalu, yang dituduhkan kepada kelompok bersenjata Lebanon tersebut.
Ledakan keras terdengar dan asap mengepul di atas pinggiran selatan Beirut sekitar pukul 19:40 waktu setempat (16:40 GMT). Saksi mata melaporkan kerusakan signifikan di area tersebut, yang merupakan benteng Hizbullah yang didukung Iran.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan Fuad Shukr, yang menurutnya “berlumuran darah banyak orang Israel.”
Gallant menegaskan bahwa serangan ini adalah bentuk balasan untuk serangan roket yang terjadi beberapa hari sebelumnya dan menekankan bahwa tidak ada tempat yang tidak terjangkau oleh pasukan Israel.
Sumber keamanan dari negara lain di kawasan mengonfirmasi bahwa Shukr tewas akibat luka-luka yang dideritanya dalam serangan tersebut. Shukr dilaporkan sebagai ajudan penting Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, serta penasihat untuk operasi perang.
Serangan ini juga menyebabkan kematian tiga warga sipil, termasuk dua anak-anak, serta melukai 74 orang lainnya, menurut laporan dari Al Manar dan kementerian kesehatan Lebanon. Rekaman menunjukkan kerusakan parah pada gedung bertingkat di daerah Haret Hreik, di mana puing-puing berserakan dan orang banyak berkumpul untuk mendukung Hizbullah.
Hizbullah membantah keterlibatannya dalam serangan roket di Dataran Tinggi Golan dan menyebutkan bahwa kelompok mereka hanya menembakkan roket ke sasaran militer Israel. Serangan terhadap para pemuda di Dataran Tinggi Golan memicu upaya diplomatik tingkat tinggi dari Barat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.
Koordinator Khusus PBB Jeanine Hennis-Plasschaert menyerukan agar ketenangan dijaga dan meminta Israel serta Lebanon untuk mengeksplorasi jalur diplomatik guna mengakhiri permusuhan.
“Tidak ada solusi militer,” katanya dalam pernyataan.
Serangan Israel di Beirut menuai kecaman luas dari pejabat Lebanon serta sekutu Hizbullah di kawasan, termasuk Hamas, Houthi, Suriah, dan Iran. Gedung Putih menegaskan komitmennya terhadap keamanan Israel dan mengatakan sedang berupaya mencari solusi diplomatik.
Militer Israel belum mengeluarkan instruksi baru untuk pertahanan sipil, menandakan bahwa Israel mungkin tidak berencana untuk melancarkan serangan lebih lanjut dalam waktu dekat. Media Israel melaporkan bahwa serangan ini mungkin merupakan respons terakhir Israel terhadap serangan roket dari Dataran Tinggi Golan.
Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Habib, mengecam serangan Israel dan berencana untuk mengajukan keluhan kepada PBB.
“Kami tidak menduga mereka akan menyerang Beirut,” ujarnya, berharap respons Hizbullah tidak memicu eskalasi lebih lanjut.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menyatakan kekhawatirannya tentang potensi eskalasi, meskipun tidak yakin akan terjadinya pertempuran besar antara Hizbullah dan Israel.
Kekhawatiran ini muncul setelah serangan-serangan yang terjadi sejak perang Gaza pada bulan Oktober, yang telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. (mth)