ROMA | Priangan.com – Sosok Julius Caesar tentu bukan lagi asing. Ia banyak disebut dalam sejarah sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh yang pernah ada.
Julius Caesar adalah seorang jenderal, politikus, dan orator ulung yang berhasil mengubah wajah Republik Romawi melalui reformasi politik dan militer. Namun, takdir tragis menanti dirinya pada Ides of March, 15 Maret 44 SM, ketika ia tewas di tangan orang-orang terdekatnya.
Hari itu, Caesar telah menerima banyak peringatan tentang bahaya yang mengintainya. Seorang peramal bahkan memperingatkan bahwa tanggal tersebut akan menjadi momen berbahaya baginya.
Meski sempat ragu, Caesar tetap menghadiri sidang Senat, atas dorongan Decimus, salah satu orang kepercayaannya yang ternyata tekah bersekongkol untuk menghabisi nyawa Caesar. Dalam sidanh itu, sekitar 60 orang sepakat untuk mengakhiri hidup Caesar dengan belati yang disembunyikan di balik toga mereka.
Ketika Caesar tiba dan mulai mendekati podium, serangan pertama dilancarkan oleh Publius Servilius Casca. Caesar mencoba melawan, tapi saking banyaknya serangan, membuat Caesar kewalahan.
Serangan demi serangan pun mendarat di tubuhnya, hingga akhirnya satu tusukan terakhir dilakukan oleh Brutus, orang yang dianggap Caesar sebagai sahabat sekaligus anak angkatnya.
Dalam kondisi sekarat, Caesar sempat menyatakan kekecewaannya. Ia tak menyangka kalau sosok yang selama ini dianggap sebagai anaknya malah berani ikut dalam persekongkolan untuk membunuhnya. Hingga kini, tragedi ini dinamai sebagai Ides of March.
Kematian Julius Caesar ini bukanlah sebuah akhir bagi Romaei. Pasca kejadian itu, gejolak besar terjadi. Pembunuhan ini memicu kemarahan rakyat yang kemudian berujung pada perang saudara. Kekacauan tersebut menghancurkan Republik Romawi dan menjadi jalan bagi Augustus, anak angkat Julius Caesar, untuk membangun Kekaisaran Romawi. (ersuwa)