JAKARTA | Priangan.com – Inilah sosok Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Ia adalah sosok legendaris yang sangat dikenal dalam sejarah Kepolisian Indonesia. Bukan karena jabatan, keterkenalan Hoegeng disebabkan oleh sosoknya yang memegang teguh prinsip-prinsip kejujuran dan selalu menjaga integritasnya.
Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 14 Oktober 1921, Hoegeng dikenal sebagai Kapolri paling jujur sepanjang masa. Hal itu bahkan diakui oleh presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ia mengabadikan sosok Hoegeng lewat satirenya soal tiga polisi jujur. Menurutnya, polisi yang baik itu cuma tiga; polisi tidur, patung polisi, dan Mantan Kapolri, Hoegeng Iman Santoso.
Hoegeng muda mengawali pendidikannya di Algemene Middelbare School (AMS) di Semarang. Selepas lulus, ia kemudian melanjutkan studinya di Recht Hoge School di Jakarta. Saat Indonesia merdeka, Hoegeng langsung tergerak untuk bergabung dengan Kepolisian Negara pada tahun 1946. Sepanjang kariernya di kepolisian inilah, citra Hoegeng sebagai polisi paling jujur perlahan terbentuk.
Selama berkarier, Hoegeng dikenal sebagai pribadi yang teguh pendirian. Ia selalu menolak segala bentuk korupsi dan berdiri kokoh dalam melawan suap. Semua sifat itu tak terlepas dari latar belakang Hoegeng yang selalu hidup dengan penuh kesederhanaan.
Salah satu peristiwa yang menonjolkan komitmennya adalah penolakannya terhadap suap dalam kasus penyelundupan mobil yang melibatkan pengusaha ternama. Hoegeng tidak tergiur tawaran materi dan menegaskan bahwa hukum tidak bisa dibeli. Sikapnya ini menguatkan posisinya sebagai tokoh yang tidak bisa dibujuk oleh uang atau kekuasaan.
Pada tahun 1968, Hoegeng kemudian diangkat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Sejak duduk di posisi tinggi, Hoegeng melakukan reformasi disiplin dalam tubuh kepolisian. Di bawah kepemimpinannya juga, Hoegeng pernah memimpin sejumlah operasi. Salah satunya adalah penumpasan gerakan separatis di Papua serta menghadapi pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi.
Tepat pada tahun 1971, Hoegeng memasuki masa pensiun. Lantaran sepanjang kariernya ia jauh dari kabar buruk dan senantiasa menjaga integritasnya, Hoegeng kemudian dikenal sebagai aparat kepolisian paling jujur sepanjang masa. Polisi Hoegeng, tercatat meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2004.
Sampai hari ini, sosoknya kerap dikenal dalam setiap kali Bhayangkara memperingati hari jadinya. Ia digunakan sebagai simbol kejujuran dan integritas. Sosoknya yang berani dan bersih telah menjadi fondasi yang tak tergantikan bagi Polri. (ersuwa)