TASIKMALAYA | Priangan.com – Peringatan Hari Tani Nasional ke-65 di Kota Tasikmalaya bukan sekadar seremoni tahunan. Bagi Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, H. Wahid, hari ini harus menjadi alarm sekaligus titik balik untuk menyelamatkan masa depan pertanian lokal.
Menurutnya, ada dua persoalan besar yang kini mengadang: kesejahteraan petani yang masih jauh dari layak dan minimnya regenerasi petani muda. “Sektor pertanian di Kota Tasikmalaya menghadapi tantangan serius. Kalau tidak disikapi dengan langkah konkret, kita bisa menghadapi krisis pangan dalam 10 tahun ke depan,” kata H. Wahid, Jumat (26/9/2025).
Data mencatat, Kota Tasikmalaya memiliki 11.298 hektare lahan pertanian dan 37.762 petani yang tergabung dalam 722 kelompok tani. Namun, mayoritas petani sudah berusia sepuh, sementara keterlibatan anak muda sangat kecil. Kondisi ini membuat kekhawatiran terhadap keberlanjutan sektor pertanian kian nyata.
“Banyak petani sukses justru tumbuh dari modal mandiri. Sementara itu, bantuan pemerintah di sejumlah gapoktan tidak berkembang. Artinya, ada yang salah dalam pola bantuan. Ini harus dievaluasi agar benar-benar menyentuh kebutuhan petani,” tegasnya.
Lebih jauh, Wahid menyoroti fakta bahwa kebutuhan pokok masyarakat Tasikmalaya masih banyak dipasok dari luar daerah. Padahal, dengan potensi lahan dan jumlah petani yang ada, seharusnya kota ini bisa lebih mandiri. “Ini masalah fundamental. Pemerintah daerah harus punya strategi untuk menjadikan pertanian sebagai tulang punggung kemandirian pangan,” ujarnya.
Ia menambahkan, mengubah wajah pertanian tidak bisa lagi dilakukan dengan cara konvensional. Petani harus melek teknologi dan beradaptasi dengan inovasi modern. Di sisi lain, stigma bahwa bertani tidak menjanjikan juga harus dipatahkan. “Pemerintah perlu menunjukkan testimoni nyata. Hadirkan petani muda yang sukses, jadikan mereka role model agar anak-anak muda percaya bahwa bertani itu menjanjikan dan bisa menyejahterakan,” ucap Wahid.
Menurutnya, saat ini banyak pihak bermodal besar mulai melirik sektor pertanian. Hal ini menandakan adanya potensi besar jika dikelola dengan strategi tepat. “Kalau orang tua kita dulu bisa bertani tanpa teknologi, seharusnya petani sekarang bisa jauh lebih maju dengan dukungan teknologi, akses permodalan, dan pendampingan yang tepat sasaran,” tambahnya.
H. Wahid menegaskan, momentum Hari Tani Nasional harus dijadikan pijakan untuk berpikir jauh ke depan. Pemerintah daerah, terutama Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan, diminta berani mengambil langkah strategis. “Bertani adalah berkah, sekaligus fondasi kebutuhan pokok. Jika kesejahteraan petani menjadi prioritas dan regenerasi petani muda mendapat perhatian, Kota Tasikmalaya bisa meraih kemandirian pangan dan masa depan pertanian yang lebih cerah,” tutupnya. (yna)

















