TASIKMALAYA | Priangan.com – Pemerintah Kota Tasikmalaya memperingati Hari Anak Nasional 2025 dengan menyerukan kolaborasi luas antara masyarakat, lembaga pendidikan, pondok pesantren, dan dunia usaha untuk memastikan perlindungan dan pemenuhan hak anak.
Namun bagi Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candranegara, tujuan utama bukan sekadar meraih status kota layak anak, melainkan menciptakan kenyamanan bagi anak-anak untuk tumbuh, belajar, dan menyalurkan potensi mereka secara bebas dan aman.
“Anak-anak harus merasa bahwa masa depan itu bisa diraih. Kota layak anak penting, tapi itu bukan tujuan akhir. Yang utama adalah menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak dengan nyaman, sehat, dan menyenangkan. Kalau itu berhasil, maka predikat layak anak akan datang dengan sendirinya,” ujar Diky saat menyampaikan sambutan pada peringatan Hari Anak Nasional, Rabu (23/7/2025).
Dalam pidatonya, Diky juga membagikan kisah hidupnya yang penuh perjuangan. Ia mengingatkan bahwa keberhasilan seseorang bukan hanya ditentukan oleh kondisi saat ini, tetapi oleh doa dan keteladanan orang tua yang sabar dan konsisten dalam membimbing.
“Saya tumbuh dari nol. Dulu saya tidak bisa kuliah karena tak punya biaya. Pernah jadi calo angkot, penagih utang, pelayan di Wendy’s, penyiar radio, pengamen bus kota, hingga pengasuh anak di rumah seorang sutradara. Tapi doa orang tua yang tak pernah putus membuat saya bertahan dan akhirnya sampai di titik ini,” ungkapnya.
Ia mengatakan, anak adalah investasi dunia dan akhirat, dan masa depan mereka akan sangat ditentukan oleh nilai yang diberikan sejak dini oleh orang tuanya.
Ia pun mengajak semua orang tua di Tasikmalaya untuk menjadi “orang tua soleh”—yakni orang tua yang sadar betapa besar perannya dalam membentuk karakter dan masa depan anak.
“Berkat doa ibu saya, saya bisa menjadi pencipta lagu, penyanyi di Musica Studio, penulis, sutradara, presenter, mentor komedian, hingga kini dipercaya sebagai Wakil Wali Kota Tasikmalaya,” katanya.
Di sisi lain, persoalan perlindungan anak di Tasikmalaya masih menghadapi tantangan besar. Ketua Forum KPAI Jawa Barat, Ato Rinanto, menilai bahwa momentum Hari Anak Nasional perlu diisi dengan langkah nyata yang memberi ruang partisipasi anak dalam kegiatan produktif, terutama literasi.
“Anak-anak itu butuh ruang. Mereka ingin bicara, ingin dilibatkan, dan kalau ruang itu dibuka, akan muncul banyak potensi positif dari mereka,” kata Ato.
Namun ia juga mengingatkan bahwa angka kekerasan terhadap anak, terutama di bawah umur, masih memprihatinkan di Tasikmalaya. Bentuknya mayoritas berupa pelecehan seksual, pemerkosaan, hingga sodomi. Bahkan, banyak korban yang enggan melapor karena tidak berdaya secara sosial maupun ekonomi.
“Perkembangan zaman memengaruhi pola kekerasan. Dulu kita hanya waspada di sekolah atau tempat umum, sekarang pelecehan bisa terjadi di rumah, pesantren, kantor, hingga kampus. Karena itu, orang tua punya peran kunci sebagai pelindung utama anak-anak mereka,” ujarnya. (yna)