JAKARTA | Priangan.com – Harga emas mengalami penurunan tajam setelah kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, yang memicu perubahan besar di pasar global.
Harga emas spot dunia tercatat turun lebih dari 3%, menyentuh level US$ 2.660 per troy ons pada Kamis (7/10), setelah mencapai posisi terendah dalam tiga minggu terakhir di level US$ 2.652. Pergerakan ini memperlihatkan dampak langsung dari sentimen pasar yang beralih ke aset berisiko lebih tinggi, termasuk dolar AS, saham, dan bitcoin.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa kemenangan Trump memicu optimisme pasar terhadap kebijakan ekonomi pro-bisnisnya.
“Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan harga emas adalah penguatan dolar AS. Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS berikutnya menciptakan ekspektasi bahwa kebijakan ekonomi yang pro-bisnis dan pro-pasar akan segera diterapkan,” ujarnya.
Kemenangan Trump yang berjanji untuk menurunkan pajak dan melonggarkan regulasi bagi sektor bisnis memperkuat sentimen ini, mendorong reli pasar saham AS dan memicu aksi jual pada emas.
Indeks dolar AS (DXY) mencatatkan lonjakan lebih dari 1,3%, mencapai level tertinggi 105,32, sementara pasar saham AS, seperti S&P 500, mencatatkan kenaikan signifikan. Dalam konteks ini, emas yang sebelumnya dianggap sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi kini mulai kehilangan daya tariknya, diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap dolar AS dan bitcoin.
Kenaikan harga bitcoin yang mencapai rekor tertinggi US$ 75.407 semakin menambah tekanan pada emas. Hal ini menambah aliran modal keluar dari emas menuju aset yang lebih berisiko namun berpotensi lebih menguntungkan.
“Trump berjanji akan menurunkan pajak dan melonggarkan regulasi bagi sektor bisnis, mendorong pasar saham AS untuk reli. Di pasar saham berjangka AS, S&P 500 naik 2,2% dalam perdagangan pra-pasar, sementara Dow 30 futures naik lebih dari 1,3%. Kenaikan pasar saham ini semakin menekan permintaan untuk emas, yang sering dianggap sebagai investasi defensif ketika pasar sedang volatil,” kata Andy Nugraha.
Secara teknikal, harga emas juga menunjukkan tanda-tanda bearish dengan indikator Moving Average yang mengindikasikan potensi penurunan lebih lanjut, dengan proyeksi harga emas bisa turun ke level US$ 2.637.
“Proyeksi ini menegaskan bahwa tekanan dari penguatan dolar AS, yang didorong oleh ekspektasi kebijakan ekonomi pro-bisnis Trump, membuat emas kehilangan daya tariknya sebagai safe haven. Di tengah pasar yang sangat optimis terhadap kebijakan pajak rendah dan prospek regulasi yang lebih longgar di sektor bisnis dan kripto, pergerakan emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan,” tambahnya.
Di pasar domestik Indonesia, harga emas Antam 24 Karat juga terpantau mengalami penurunan signifikan. Pada 7 November 2024, harga emas Antam turun hingga Rp 30.000 per gram, menyentuh level Rp 1.513.000 per gram. Ini menjadikannya penurunan terbesar kedua di tahun 2024 setelah sebelumnya harga emas Antam juga mencatatkan penurunan serupa pada Juni lalu.
Harga emas 1 gram kini dijual dengan harga Rp 1.513.000, sementara harga buyback emas juga tercatat turun sebesar Rp 30.000 per gram, menjadi Rp 1.366.000 per gram. Dalam sepekan terakhir, harga emas domestik bergerak di kisaran Rp 1.513.000 hingga Rp 1.567.000 per gram, dengan fluktuasi yang cukup tajam di tengah ketidakpastian pasar global.
Meski demikian, ada peluang bagi emas untuk rebound jika terjadi perubahan sentimen yang signifikan atau penurunan tajam dalam kekuatan dolar AS. Namun, dalam jangka pendek, tekanan terhadap harga emas tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan menguatnya dolar dan meningkatnya minat terhadap aset berisiko.
Secara keseluruhan, pasar logam mulia kini menghadapi tantangan berat, dengan peralihan aliran modal menuju dolar AS, bitcoin, dan saham, yang membuat harga emas semakin rentan terhadap tekanan lebih lanjut. (mth)