HAN Jadi Momentum, Jawa Barat Tegaskan Komitmen Lindungi Masa Depan Anak

BANDUNG | Priangan.com — Riuh tawa anak-anak memecah pagi yang cerah di Sport Jabar Arcamanik, Bandung. Namun di balik sorak-sorai perlombaan tradisional dan parade kebaya anak-anak, Hari Anak Nasional (HAN) Tingkat Jawa Barat 2025 menyuarakan pesan yang jauh lebih besar: masa depan yang inklusif untuk seluruh anak, tanpa terkecuali.

Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, berdiri di hadapan ribuan anak dan orang tua dengan satu pesan kunci: “Peringatan HAN bukan hanya agenda tahunan. Ini adalah waktu bagi kita semua untuk bercermin—sudahkah kita benar-benar melindungi hak anak-anak kita?”

Erwan menekankan bahwa di tengah derasnya arus digitalisasi, anak-anak membutuhkan lebih dari sekadar fasilitas. Mereka butuh ruang tumbuh yang aman, sehat, kreatif, dan mencerminkan identitas lokal. Tema yang diusung—“Bersama Membangun Budaya”—menjadi napas dari Ulinpiade, festival kaulinan tradisional Sunda yang berlangsung bersamaan dengan HAN ke-41 ini.

“Ulinpiade bukan sekadar ajang lomba. Ini panggung pembentukan karakter, ruang untuk gotong-royong, sportivitas, dan ekspresi budaya anak-anak. Sebuah contoh nyata ruang inklusif yang menggembirakan dan mendidik,” ujar Erwan dalam sambutannya.

Lebih lanjut, Erwan menyentil fenomena ‘anak digital’ yang kerap lebih fasih menggulir layar gadget ketimbang menyapa teman sebayanya. “Kita tak anti-teknologi. Tapi mari kita bantu anak-anak mengenal dunia dengan cara yang utuh, bukan tergesa-gesa. Jangan biarkan mereka jadi dewasa sebelum waktunya,” tegasnya.

Pendekatan baru turut dihadirkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi, menyampaikan bahwa peringatan HAN 2025 tak lagi digelar hanya di satu titik pusat. Sebaliknya, HAN tahun ini hadir di seluruh sekolah, dari kota hingga pelosok desa.

“Kami ingin kebahagiaan anak tak terbatas ruang. Tahun ini, HAN menjadi milik semua anak Indonesia—dari Sabang sampai Merauke. Semua sekolah ikut serta,” kata Arifah dengan semangat.

Lihat Juga :  Didesak AS, Presiden Iran Menolak Bernegosiasi

Lima kegiatan utama meramaikan HAN serentak di seluruh Indonesia: senam sehat, permainan tradisional, lagu nasional dan daerah, kisah pahlawan lokal, dan pemeriksaan kesehatan gratis. Tak lupa, Arifah menyuarakan permintaan sederhana tapi penting: sediakan ruang bermain tradisional di sekolah.

“Kalau selama ini anak-anak saat istirahat asyik dengan ponsel, ayo ubah. Ajak mereka main egrang, galah asin, atau congklak. Kalau bisa, kita bantu sekolah-sekolah untuk menghadirkan kembali mainan-mainan masa kecil kita,” harapnya.

Lihat Juga :  Didesak AS, Presiden Iran Menolak Bernegosiasi

Arifah juga menyampaikan apresiasi kepada para orang tua dan guru yang mendampingi anak-anak dalam kegiatan ini. Beberapa anak pun menerima hadiah sebagai bentuk penghargaan atas partisipasi aktif mereka, termasuk sepeda dari Kementerian PPPA dan Pemprov Jabar.

Puncak kemeriahan HAN di Bandung ditandai dengan pemecahan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Kali ini, Jawa Barat mencatatkan rekor untuk jumlah peserta terbanyak dalam permainan tradisional dengan busana kebaya. Momentum ini menjadi simbol sinergi antara perayaan Hari Anak Nasional dan Hari Kebaya Nasional yang berdekatan. Dua warisan besar bangsa—anak dan budaya—berpadu dalam satu panggung yang penuh warna.

“Anak-anak kita butuh lebih dari sekadar pelajaran. Mereka butuh ruang bermain, ruang menari, ruang bermimpi. Hari ini, kita memberikannya,” ujar Erwan.

Di tengah gemuruh permainan dan peragaan, satu pesan bergema jelas: Jawa Barat serius menyiapkan ruang inklusif bagi generasi penerusnya. Tidak hanya untuk tampil hari ini, tapi untuk tumbuh, berkembang, dan memimpin di masa depan. Karena dalam senyum anak-anak yang bermain ucing-ucingan dan memakai kebaya hari ini, tersimpan harapan besar: Indonesia Emas 2045 dimulai dari anak yang bahagia hari ini. (yna)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos