TRIPOLI | Priangan.com – Perdana Menteri Tunisia, Ahmed Hachani, pada Rabu lalu (17/7) menyerukan negara-negara Eropa untuk meningkatkan bantuan keuangan kepada Tunisia dan negara-negara lainnya dalam upaya mengatasi arus migran yang meningkat dari sub-Sahara Afrika.
Tunisia, yang telah menjadi tujuan sementara bagi ribuan migran yang bermimpi menuju Eropa melalui laut, menghadapi tantangan serius baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Kota-kota di selatan seperti Amra dan Jbeniana kini dipadati oleh migran yang melarikan diri dari kemiskinan dan konflik di Afrika dan Timur Tengah, berharap untuk menemukan kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Ahmed Hachani menyampaikan kekhawatiran bahwa bantuan finansial saat ini tidak mencukupi untuk menangani masalah ini.
“Tunisia adalah korban dalam krisis migrasi ini dan telah menghabiskan anggaran publik yang signifikan untuk menangani beban tambahan ini,” ujarnya dalam sebuah konferensi migrasi di Tripoli.
Uni Eropa sebelumnya telah mengalokasikan 150 juta euro ($164 juta) kepada Tunisia pada bulan Maret sebagai bagian dari upaya untuk mendukung stabilitas keuangan dan ekonomi negara tersebut serta memerangi migrasi ilegal. Meskipun demikian, pemimpin Tunisia menyatakan bahwa lebih banyak bantuan diperlukan untuk mengatasi krisis ini secara efektif.
Dalam konferensi yang sama, Perdana Menteri Libya, Abdul Hamid Al-Dabaiba, menyoroti pentingnya menangani akar permasalahan migrasi di negara asal, bukan hanya melalui kamp-kamp penahanan di Libya atau Eropa.
“Uang yang dialokasikan harus digunakan di sumber asal masalah ini,” ujarnya, menyoroti perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi tantangan ini.
Data dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menunjukkan bahwa hingga Januari 2024, lebih dari 706.000 migran berada di Libya, dengan Menteri Dalam Negeri Libya, Emad Trabulsi, mengkonfirmasi bahwa Libya saat ini menampung sekitar 2,5 juta pengungsi.
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, turut berpartisipasi dalam konferensi tersebut dengan menekankan bahwa situasi ini tidak akan terselesaikan tanpa upaya konkret untuk menangani akar permasalahan di negara-negara asal migran.
Upaya kolaboratif antara Tunisia, Uni Eropa, Libya, dan negara-negara lainnya diharapkan dapat memperkuat kerja sama regional dalam menangani krisis migrasi yang kompleks ini, dengan fokus pada solusi yang berkelanjutan dan kemanusiaan. (mth)