Gurun El Alamein: Saksi Bisu Jatuhnya Rommel dan Kebangkitan Sekutu

AFRIKA | Priangan.com – Kawasan Afrika Utara pernah menjadi medan pertempuran hebat pada Perang Dunia II. Dulu, kawasan ini menjadi incaran kekuatan besar dunia karena letaknya yang strategis, terutama untuk mengamankan Terusan Suez dan jalur pelayaran vital di Laut Tengah. Di gurun pasir Mesir inilah, dua tokoh militer legendaris dari kubu yang bertentangan saling adu taktik dalam sebuah pertempuran besar yang mengubah arah perang.

Pertempuran ini terbagi dalam dua fase besar. Yang pertama terjadi pada Juli 1942, ketika pasukan Jerman yang dipimpin oleh Jenderal Erwin Rommel berusaha menembus pertahanan Sekutu di wilayah El Alamein. Usaha tersebut berhasil dibendung, meski belum mampu mengubah peta konflik secara signifikan. Rommel, yang kala itu dikenal sebagai “Rubah Gurun”, gagal menembus garis pertahanan Inggris yang mulai mengkonsolidasikan kekuatannya di bawah komando Bernard Montgomery.

Montgomery yang merupakan perwira asal Inggris yang sebelumnya pernah nyaris tewas di Perang Dunia I, kemudian memimpin Angkatan Darat Kedelapan Inggris dengan semangat dan strategi baru. Di bawah kepemimpinannya kekuatan militer Sekutu diperkuat secara jumlah dan digenjot dari segi taktik. Pelatihan ulang, evaluasi kelemahan masa lalu, hingga penerapan koordinasi lintas satuan menjadi bagian penting dari strategi baru yang ia terapkan.

Rommel sendiri bukanlah sosok yang mudah dikalahkan. Ia datang ke Afrika Utara dengan reputasi cemerlang. Pengalamannya di medan perang, keberaniannya saat menduduki Gunung Matajur di Italia semasa Perang Dunia I, serta keberhasilannya mengatasi krisis pasukan Italia di Libya menjadikannya sebagai lawan yang disegani. Namun, di El Alamein, ia menghadapi tantangan baru. Bukan hanya jumlah, pasukan Sekutu juga kini diperkuat oleh peralatan tempur modern seperti tank Grant dan Sherman dari Amerika Serikat, serta senjata anti-tank yang lebih efektif.

Lihat Juga :  Bandung Lautan Api 1946: Momen Penuh Darah dan Nyala di Jalur Perjuangan Kemerdekaan

Pada Oktober hingga November 1942, Pertempuran El Alamein Kedua meletus. Tidak seperti pertempuran gurun pada umumnya yang mengandalkan manuver luas, kondisi medan di El Alamein cukup sempit, sehingga membatasi ruang gerak dan memaka kedua belah pihak bertempur lebih frontal. Dalam situasi ini, keunggulan logistik dan taktik yang dimiliki Sekutu mulai menunjukkan hasilnya. Serangan Montgomery dilakukan secara sistematis, dengan artileri, infanteri, dan kendaraan lapis baja yang bergerak secara terkoordinasi.

Lihat Juga :  Batu Rosetta, Penemuan Arkeologis yang Berisi Dekrit Tiga Bahasa

Rommel mencoba bertahan. Namun karena tekanan logistik, keterbatasan pasokan, dan serangan terus-menerus membuat posisinya melemah. Ia sempat menggambarkan bagaimana Inggris seakan tidak ingin bertempur secara langsung, namun justru memiliki keunggulan waktu dan sumber daya yang secara perlahan menggiling kekuatannya. Ketika pasukan Jerman akhirnya terpaksa mundur, El Alamein menjadi titik balik besar di medan Afrika.

Kemenangan di El Alamein bukan sekadar penguasaan wilayah. Bagi Sekutu, ini adalah simbol bangkitnya harapan setelah serangkaian kegagalan di berbagai front. Dari gurun pasir yang gersang itu, dunia pun menyaksikan pergeseran kekuatan yang akan mengarah pada kekalahan Jerman di Afrika dan membuka jalan bagi invasi Sekutu ke Eropa Selatan. (wrd)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos