SLEMAN | Priangan.com – Di kawasan lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, berdiri sebuah situs bersejarah yang hingga kini masih menyimpan cerita masa pendudukan Jepang. Namanya Goa Jepang Kaliurang. Goa ini menjadi pengingat tentang bagaimana perang dan penjajahan meninggalkan jejak penderitaan bagi rakyat pribumi.
Goa Kaliurang dibangun bukan oleh tenaga militer, melainkan melalui kerja paksa yang melibatkan warga sekitar. Puluhan orang kala itu dipaksa menjadi romusha untuk menggali terowongan di batuan vulkanik tanpa peralatan memadai. Kondisi kerja yang keras dan tanpa upah membuat banyak dari mereka tidak pernah kembali ke rumah.
Struktur goa terdiri dari sekitar 18 pintu masuk yang saling terhubung. Fungsinya beragam, mulai dari tempat penyimpanan senjata, ruang rapat militer, hingga jalur pelarian darurat. Lokasinya yang tersembunyi di tengah hutan pinus dan berada di ketinggian memberi keuntungan bagi tentara Jepang dalam memantau pergerakan musuh selama perang.
Ukuran lorong-lorong goa juga terbilang sempit dan rendah, dengan tinggi rata-rata 1,7 meter. Lebarnya hanya cukup dilewati satu orang. Hal ini menambah kesan tegang saat berada di dalamnya, seakan membawa pengunjung pada suasana yang sama dengan masa lalu ketika goa ini difungsikan sebagai benteng pertahanan.
Meski telah berusia lebih dari tujuh puluh tahun, kondisi goa tersebut sampai saat ini masih kokoh. Beberapa ruangan bahkan masih terlihat bekas fungsinya, seperti bekas ruang penyimpanan amunisi dan ventilasi udara. Di beberapa dinding, terlihat guratan tangan yang diyakini sebagai jejak para pekerja paksa yang dipaksa menyelesaikan proyek militer tersebut.
Kini, Goa Jepang Kaliurang menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi. Selain suasana alam yang sejuk, banyak pengunjung yang sengaja datang hanya untuk menelusuri lorong-lorong goa sembari mengenang kisah kelam yang pernah terjadi. (wrd)