GAZA | Priangan.com – Kondisi tegang kembali melanda Gaza pada Senin (1/7) saat kelompok militan Palestina, Jihad Islam, mengintensifkan serangan roketnya ke Israel. Serangan itu terjadi seiring dengan majunya tank-tank Israel yang memasuki beberapa wilayah di Gaza, meningkatkan eskalasi konflik yang telah berlangsung berbulan-bulan.
Kelompok Jihad Islam yang bersekutu dengan Hamas dan didukung Iran, menyatakan bahwa serangan roketnya merupakan respons terhadap kejahatan Zionis terhadap rakyat Palestina. Meskipun sekitar 20 roket yang ditembakkan tidak menimbulkan korban jiwa, serangan ini menunjukkan bahwa militan Palestina tetap memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan.
Militer Israel melaporkan, roket-roket tersebut ditembakkan dari wilayah Khan Younis di Gaza selatan. Sementara itu, penduduk di beberapa lingkungan di Khan Younis menerima perintah evakuasi melalui pesan audio dari nomor telepon Israel, yang menyarankan mereka untuk meninggalkan rumah demi keselamatan mereka.
Di sisi lain, di Tepi Barat yang diduduki Israel, kekerasan juga terjadi. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, seorang wanita dan anak laki-laki tewas selama operasi militer oleh pasukan Israel di kota Tulkarm. Serangan tersebut terjadi setelah seorang anggota Jihad Islam tewas dalam serangan Israel sehari sebelumnya di daerah yang sama.
Di Gaza, tank-tank Israel terus memperluas serangan mereka, termasuk di Shejaia dan Rafah, di mana konfrontasi telah berlangsung intensif selama beberapa hari terakhir. Militer Israel mengklaim telah berhasil menemukan senjata-senjata milik militan di Shejaia dan melaporkan kematian sejumlah militan selama pertempuran di wilayah tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan, Israel hampir mencapai tujuannya untuk melumpuhkan kemampuan militer Hamas. Operasi militer tidak terlalu intensif akan terus dilakukan untuk menargetkan sisa-sisa kemampuan militer Hamas.
Upaya untuk mediasi gencatan senjata oleh pihak Arab, yang didukung oleh Amerika Serikat, tampaknya mengalami kebuntuan. Hamas menuntut gencatan senjata yang mengakhiri seluruh operasi militer Israel di Gaza, sedangkan Israel hanya bersedia menerima jeda sementara hingga Hamas benar-benar tereliminasi.
Di tengah eskalasi konflik ini, pemerintah Israel telah membebaskan sejumlah tahanan Palestina yang ditahan selama operasi militer. Salah satunya adalah Mohammad Abu Selmeyah, direktur Rumah Sakit Al Shifa, yang dituduh Israel menggunakan fasilitas medis tersebut untuk keperluan militer. Abu Selmeyah mengklaim bahwa ia dan rekan-rekannya mengalami penyiksaan selama penahanan mereka.
Kekerasan ini terjadi dalam konteks konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina, yang telah mengakibatkan ribuan kematian dan kerusakan parah di Gaza. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas eskalasi kekerasan ini, sementara komunitas internasional terus mendesak untuk mencari solusi damai yang berkelanjutan. (mth)