Priangan.com – Perkembangan sistem pos tak bisa dipisahkan dari sejarah transportasi. Seiring kemajuan teknologi, perjalanan menjadi lebih cepat dan luas, hingga memungkinkan surat dan pesan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu yang lebih singkat. Dari kapal laut hingga pesawat udara, semua moda transportasi pernah dimanfaatkan oleh layanan pos, bahkan roket sekalipun.
Gagasan awal tentang pengiriman surat dengan “misil” sering muncul dalam film-film sejarah, seperti ketika gulungan perkamen diikat pada anak panah lalu ditembakkan ke wilayah musuh atau kastil.
Ide ini dimodernisasi oleh penyair dan dramawan Jerman, Heinrich von Kleist, yang pada tahun 1810 menulis artikel di surat kabar yang membayangkan roket mampu membawa surat dari Berlin ke Breslau hanya dalam setengah hari, sepuluh kali lebih cepat dibanding kurir berkuda. Saat itu, roket masih digunakan sebagai senjata bertenaga mesiu di medan perang.
Gagasan Kleist sempat diuji oleh penemu Inggris, Sir William Congreve, di Kepulauan Tonga. Namun, karena ketidakstabilan roket yang ia kembangkan, ide ini ditinggalkan selama hampir satu abad, hingga Hermann Julius Oberth, fisikawan Jerman dan pelopor teknologi roket, membangkitkannya kembali pada tahun 1927.
Dalam pidatonya tahun 1928 di pertemuan Masyarakat Ilmiah Aeronautika di Danzig, Oberth mengusulkan pembuatan roket kecil berpemandu otomatis untuk mengirim surat darurat sejauh 600 hingga 1.200 mil. Gagasan ini menarik perhatian internasional, termasuk dari Duta Besar AS untuk Jerman.
Namun, pelopor nyata dalam bidang ini adalah insinyur muda Austria, Friedrich Schmiedl. Tinggal di pegunungan Alpen, Schmiedl menyadari sulitnya pengiriman surat antar desa yang hanya terpisah dua mil, namun harus ditempuh selama delapan jam.
Pada 1931, setelah bereksperimen dengan roket dan balon stratosfer, ia berhasil meluncurkan roket surat pertamanya sejauh lima kilometer, membawa 102 surat. Roket tersebut dikendalikan dari jarak jauh dan mendarat dengan parasut. Peluncuran berikutnya mengangkut 333 surat.
Eksperimen Schmiedl menginspirasi berbagai negara seperti Jerman, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, India, dan Australia untuk mencoba hal serupa dengan hasil yang beragam.
Pada 1934, Gerhard Zucker, seorang pengusaha Jerman, mencoba membuktikan keandalan surat roket kepada pemerintah Inggris. Ia meluncurkan roket berisi 4.800 surat dari pulau di Skotlandia, namun roket meledak di udara dan surat-surat hangus beterbangan di pantai. Akibat insiden ini, Zucker dideportasi ke Jerman dan ditangkap atas tuduhan spionase.
Di India, pengiriman surat dengan roket justru mencapai keberhasilan signifikan. Antara 1934 dan 1944, insinyur dirgantara Stephen Smith meluncurkan 270 roket, sekitar 80 di antaranya membawa surat. Ia bahkan mencatat sejarah dengan mengirimkan paket bantuan berisi makanan dan rokok ke Quetta (kini Pakistan) yang dilanda gempa.
Dalam eksperimen lain, ia meluncurkan sepasang ayam dan bahkan seekor ular bersama sebuah apel. Meskipun eksperimennya nyentrik, Smith mendapat dukungan penuh dari Maharaja Sikkim, wilayah protektorat Inggris di Himalaya timur.
Amerika Serikat baru mencoba eksperimen serupa pada 1959. Kantor Pos AS, bekerja sama dengan Angkatan Laut, meluncurkan rudal jelajah Regulus seberat 13.000 pon yang hulu ledaknya diganti dengan dua kontainer berisi 3.000 surat. Rudal ini ditembakkan dari kapal selam dan mendarat di Pangkalan Angkatan Laut Mayport, Florida, sejauh 700 mil dalam waktu 22 menit. Surat-surat tersebut kemudian diberi perangko dan dikirimkan secara normal.
Isi surat yang dikirimkan adalah salinan pesan dari Kepala Kantor Pos AS kepada Presiden Eisenhower, pejabat tinggi lainnya, serta kepala kantor pos seluruh dunia. Isinya menyatakan bahwa kemajuan teknologi peluru kendali akan digunakan untuk meningkatkan layanan pengiriman surat.
Kepala Kantor Pos, Arthur Summerfield, bahkan menyatakan dengan optimis bahwa surat akan bisa dikirim dari New York ke seluruh dunia dalam hitungan jam menggunakan rudal. Namun, harapan itu tidak menjadi kenyataan.
Biaya pengiriman surat dengan roket terbukti terlalu mahal. Uji coba dengan Regulus memakan biaya satu juta dolar, tapi hanya menghasilkan pemasukan $240 dari perangko. Sementara itu, pengiriman surat lewat pesawat jauh lebih murah dan efisien.
Akhirnya, program pengiriman surat dengan roket dihentikan. Sejak itu, tidak ada lagi upaya serius untuk mengirimkan surat dengan roket. (LSA)