JAKARTA | Priangan.com – Hari ini, 3 Maret, dunia merayakan Hari Tenis Sedunia. Perayaan ini diinisiasi oleh Federasi Tenis Internasional (ITF) untuk mempromosikan tenis sebagai olahraga yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik amatir maupun profesional. Tanggal ini dipilih untuk meningkatkan kesadaran global tentang tenis serta mendorong lebih banyak orang untuk mencoba dan mencintai olahraga ini.
Sejarah tenis berawal dari berbagai permainan bola yang telah dimainkan sejak zaman kuno. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa masyarakat Mesoamerika memiliki tradisi permainan bola yang sangat penting dalam budaya mereka. Bangsa Yunani, Romawi, dan Mesir juga diyakini memiliki permainan yang menyerupai tenis dalam bentuk awalnya.
Namun, tenis seperti yang kita kenal sekarang berasal dari permainan yang dimainkan oleh para biarawan Prancis pada abad ke-11. Saat itu, permainan ini disebut paume, yang berarti “telapak tangan”, karena bola dipukul menggunakan tangan kosong. Seiring waktu, permainan berkembang menjadi jeu de paume, di mana raket mulai digunakan.
Pada tahun 1500-an, raket dengan bingkai kayu dan senar dari usus hewan mulai digunakan, sementara bola dibuat dari gabus dan dilapisi kulit. Permainan ini kemudian menyebar ke Inggris dan menarik perhatian Raja Henry VII serta Henry VIII. Saat itu, terdapat sekitar 1.800 lapangan tenis dalam ruangan di Inggris.
Nama “tenis” mulai digunakan di Inggris sekitar abad ke-16, ketika jeu de paume menyebar ke sana. Kata ini berasal dari bahasa Prancis kuno tenez, yang berarti “terima” atau “tangkap”, yang sering diteriakkan pemain saat melakukan servis.
Meskipun semakin populer, tenis pada masa itu masih jauh berbeda dari versi modern. Permainan dilakukan di dalam ruangan, dengan bola yang dipukul ke lubang berjaring di atap bangunan panjang dan sempit. Jaring yang digunakan memiliki tinggi lima kaki di kedua ujungnya dan tiga kaki di tengah.
Memasuki abad ke-18, popularitas tenis mulai meredup. Namun, revolusi besar terjadi pada tahun 1850 dengan ditemukannya bola karet vulkanisasi. Bola ini memungkinkan tenis dimainkan di luar ruangan, terutama di lapangan rumput, yang kemudian mengubah permainan ini menjadi olahraga yang lebih dinamis.
Seiring berkembangnya teknologi, bola tenis mulai dibuat dari karet dengan lapisan kain berbulu. Lapisan ini membantu mengontrol kecepatan dan pantulan bola, sehingga meningkatkan kualitas permainan.
Dengan inovasi bola baru ini, tenis mulai berkembang pesat di luar ruangan. Pada tahun 1873, seorang perwira Inggris bernama Mayor Walter Wingfield memperkenalkan versi tenis lapangan yang disebut Sphairistikè, yang berarti “bermain bola” dalam bahasa Yunani. Permainan ini awalnya dimainkan di lapangan berbentuk jam pasir dan langsung menarik perhatian di Eropa, Amerika Serikat, hingga Tiongkok.
Ketika tenis mulai dimainkan di klub-klub kroket yang memiliki halaman luas, bentuk lapangan diubah menjadi persegi panjang seperti yang kita kenal sekarang.
Pada tahun 1877, turnamen tenis pertama digelar di Wimbledon oleh mantan All England Croquet Club. Turnamen ini menetapkan aturan yang menjadi dasar tenis modern. Namun, saat itu servis hanya boleh dilakukan secara bawah, dan wanita baru diizinkan bermain pada tahun 1884.
Seiring berjalannya waktu, penyebutan permainan ini juga mengalami perubahan. Sphairistikè mulai ditinggalkan, dan sebutan lawn tennis atau tenis lapangan menjadi lebih umum. Lama-kelamaan, istilah lawn tennis pun disederhanakan menjadi “tennis” seperti yang kita kenal sekarang.
Dengan perkembangan teknologi, perubahan aturan, dan semakin banyaknya turnamen bergengsi, tenis telah berevolusi menjadi olahraga yang dinamis dan penuh gairah.
Pada Hari Tenis Sedunia ini, kita diingatkan bahwa olahraga ini lebih dari sekadar kemenangan atau kekalahan. Tenis adalah tentang semangat sportivitas, kerja keras, dan cinta terhadap permainan. Entah sebagai pemain, penonton, atau penggemar setia, semua orang punya cara sendiri untuk menikmati dan merayakan keindahan tenis. (Lsa)