Historia

Eleanor Roosevelt, Si Arsitek Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Pejuang Keadilan Global

Eleanor Roosevelt saat memberikan pidato penuh semangat di depan podium acara AFL-CIO, menyoroti perjuangan hak-hak buruh dan keadilan sosial. | Kheel Center for Labor-Management Documentation and Archives

NEW YORK | Priangan.com – Eleanor Roosevelt, istri Presiden Franklin D. Roosevelt dan ibu negara Amerika Serikat dari 1933 hingga 1945, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah modern.

Dengan dedikasinya yang mendalam terhadap hak asasi manusia, keadilan sosial, dan diplomasi internasional, Eleanor tidak hanya meninggalkan jejak sebagai ibu negara, tetapi juga sebagai aktivis yang berperan penting dalam bentuk kebijakan global di abad ke-20.

Lahir pada 11 Oktober 1884 di New York City, Eleanor Roosevelt berasal dari keluarga yang cukup terkenal. Meskipun tumbuh dalam keluarga yang sangat terhormat, dia mengalami kesulitan pribadi yang signifikan, termasuk kematian ibu dan ayahnya pada usia muda.

Perjalanan hidupnya dimulai dengan pendidikan yang agak konvensional bagi seorang wanita pada masa itu, tetapi minatnya dalam masalah sosial dan politik berkembang seiring dengan usia.

Pada tahun 1905, Eleanor menikah dengan Franklin Delano Roosevelt, sepupu keduanya, dan mereka membentuk pasangan yang kuat dalam dunia politik. Ketika Franklin terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 1932, Eleanor segera mulai menggunakan posisinya untuk mendorong perubahan sosial dan politik.

Selama masa jabatannya sebagai ibu negara, Eleanor Roosevelt memanfaatkan platformnya untuk menyuarakan berbagai isu penting. Dia sangat aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, hak-hak sipil, dan reformasi sosial. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah peran kuncinya dalam pembentukan dan penulisan ni Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tahun 1948.

Dari tahun 1945 hingga 1952, Eleanor menjadi anggota Komisi Hak Asasi Manusia PBB, di mana dia memimpin usaha untuk merumuskan deklarasi tersebut. Deklarasi ini, yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 10 Desember 1948, menggarisbawahi hak-hak dasar yang harus dimiliki oleh semua individu, tanpa memandang ras, agama, atau kebangsaan.

Tonton Juga :  Mengenang Sosok Daendels, Gubenur Jenderal Hindia Belanda ke-36

Selain kontribusinya dalam hak asasi manusia, Eleanor juga berjuang untuk berbagai isu sosial selama masa hidupnya. Dia mendukung upaya untuk meningkatkan kondisi kerja, pendidikan, dan kesehatan, terutama bagi wanita dan anak-anak. Dia juga berperan aktif dalam organisasi-organisasi seperti National Youth Administration dan Women’s Trade Union League, yang berfokus pada kesejahteraan sosial dan perlindungan hak-hak pekerja.

Selama Perang Dunia II, Eleanor melakukan perjalanan ke berbagai wilayah perang untuk mendukung pasukan Amerika dan mengunjungi rumah sakit untuk memberikan dukungan moral kepada para tentara. Komitmennya terhadap tentara dan keluarga mereka menunjukkan dedikasinya terhadap layanan publik dan kemanusiaan.

Setelah suaminya meninggal pada tahun 1945, Eleanor terus aktif dalam kegiatan publik dan politik. Dia menulis kolom surat kabar yang populer, “My Day,” dan melanjutkan advokasinya untuk hak asasi manusia, hak-hak wanita, dan reformasi sosial. Selain itu, dia juga menjadi duta besar Amerika Serikat untuk PBB dan mendukung berbagai inisiatif internasional.

Eleanor Roosevelt meninggal pada 7 November 1962, tetapi warisannya tetap hidup melalui kontribusinya dalam hak asasi manusia dan diplomasi. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam pergerakan hak asasi manusia dan politik global di abad ke-20.

Usahanya untuk memajukan keadilan sosial dan hak-hak individu telah meninggalkan dampak yang mendalam dan terus mempengaruhi kebijakan dan gerakan sosial di seluruh dunia. (mth)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: