JAKARTA | Priangan.com – Bagi Gie, Soekarno adalah kepala negara yang berfoya-foya ketika rakyatnya menderita setengah mati. Gie geram di kala melihat rakyat yang berada tak jauh dari Istana merintih kelaparan hingga memakan kulit mangga.
Sikap kritis Soe Hok Gie tidak berubah ketika republik ini ada di bawah kendali Soeharto. Saat Soeharto merangkul sejumlah mahasiswa untuk dijadikan anggota DPR-GR, Gie menentang itu lantaran mahasiswa hanya dijadikan alat penguasa.
Menurut Gie, sebagian dari mahasiswa itu adalah maling, berebut kursi, rebut-ribut pesan mobil dan tukang kecap. Lantaran itu, Gie mengirimkan sebuah paket yang di antaranya berisi gincu, cermin, dan bedak kepada wakil-wakil mahasiswa di parlemen.
Hingga akhir hayatnya, Soe Hok Gie yang meninggal dunia pada 1969 teguh pada pendirian dan tidak pernah melacurkan idealismenya pada kekuasaan. “Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan, seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi,” tulis Gie pada satu momen. Naskah: AI | Editor: Aditama