TASIKMALAYA | Priangan.com – Aksi kekerasan jalanan kembali menghantui Kota Tasikmalaya. Dua pelajar berusia 17 tahun menjadi korban penyerangan brutal yang diduga dilakukan kelompok geng motor di Jalan Gobras, Kecamatan Tamansari, Senin (15/12/2025) dini hari sekitar pukul 01.44 WIB.
Kedua korban berinisial MA dan F mengalami luka berat hingga harus menjalani perawatan intensif di RSUD dr Soekarjo. Bahkan, salah satu korban dilaporkan mengalami patah tulang pada tangan kiri, sementara keduanya harus menjalani tindakan operasi akibat luka serius yang diderita.
Peristiwa berdarah tersebut terjadi saat MA dan F tengah dalam perjalanan menuju rumah seorang temannya untuk menginap. Tanpa diduga, mereka diserang secara tiba-tiba oleh sekelompok pelaku bersenjata benda tumpul. Akibatnya, F mengalami luka di bagian wajah dan sekujur tubuh, sementara MA terkapar dengan kondisi tulang tangan kiri patah.
Kasus penganiayaan ini kini ditangani oleh Polres Tasikmalaya Kota. Aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan guna mengungkap identitas para pelaku serta motif penyerangan.
Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra Negara, menyatakan keprihatinannya setelah menerima laporan kejadian tersebut. Ia mengaku baru mengetahui insiden itu usai menghadiri apel rutin di Balekota Tasikmalaya.
“Saya baru dengar kabarnya dan ini akan langsung kami koordinasikan dengan dinas-dinas terkait,” ujar Diky.
Ia menegaskan, Pemerintah Kota Tasikmalaya akan mengecek langkah-langkah yang bisa diambil untuk membantu penanganan korban, terutama terkait biaya pengobatan. Diky mengungkapkan, biaya perawatan akibat tindak kekerasan jalanan tidak dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Untuk korban pasti akan kami cek dulu apa yang bisa dilakukan. Karena ini kasus penganiayaan di jalan, tidak bisa dicover BPJS,” katanya.
Lebih jauh, Diky menilai persoalan geng motor tidak bisa diselesaikan semata dengan penindakan hukum. Menurutnya, akar persoalan harus dibenahi melalui pendekatan jangka panjang yang melibatkan pembinaan dan penyediaan ruang aktivitas positif bagi anak muda.
“Kalau bicara secara makro, masalah ini harus dibenahi dari hulunya. Harus ada kreativitas, kegiatan, dan ruang positif agar kejadian seperti ini bisa diminimalisir,” ujarnya.
Ia pun mengimbau agar aksi kekerasan serupa segera dihentikan dan mengajak semua pihak untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman bagi generasi muda.
“Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang. Anak-anak muda harus diarahkan ke kegiatan yang positif, sementara korban tentu menjadi perhatian kami bersama dinas terkait,” pungkasnya. (yna)

















