BRUSSEL | Priangan.com – Sejumlah negara anggota Uni Eropa, termasuk Italia dan Spanyol, menolak usulan penggandaan anggaran militer untuk Ukraina, Selasa, 18 Maret 2025. Penolakan ini muncul setelah pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa yang digelar pada hari Senin lalu.
Inisiatif untuk menggandakan anggaran belanja militer Uni Eropa untuk Ukraina diajukan oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kallas Kaja, dalam pertemuan para menteri luar negeri menjelang pertemuan di Brussel yang akan datang. Kaja mengusulkan tambahan dana sebesar €40 miliar atau sekitar $43,7 miliar untuk Ukraina, jumlah yang jauh lebih tinggi dibandingkan anggaran sebelumnya yang hanya €20 miliar atau sekitar $20,9 miliar.
Namun, usulan tersebut mendapat respon negatif dari negara-negara besar Uni Eropa, terutama Italia dan Spanyol. Kedua negara tersebut menyatakan keraguan terhadap besarnya peningkatan anggaran yang dianggap terlalu berisiko.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, menyarankan bahwa peningkatan anggaran militer untuk Kiev harus selaras dengan kemajuan perundingan antara Washington dan Moskow. Tajani juga menegaskan pentingnya prioritas dana untuk memperkuat pertahanan Italia sendiri.
Sementara itu, Diplomat Tinggi Spanyol, Jose Manuel Albares, menyampaikan bahwa Spanyol tetap berkomitmen memberikan bantuan militer senilai €1 miliar atau sekitar $1 miliar untuk Ukraina pada tahun ini. Namun, Albares menegaskan bahwa Spanyol tidak perlu menunggu proposal dari Kallas untuk melanjutkan bantuan tersebut.
Selain Italia dan Spanyol, delegasi dari Hungaria dan Slovakia juga mengungkapkan sikap menentang terhadap inisiatif ini. Mereka menegaskan bahwa negara mereka tidak akan mengambil bagian dalam penggandaan anggaran militer untuk Ukraina yang diusulkan oleh Uni Eropa.
Usulan dari Kallas ini muncul di tengah kekhawatiran Uni Eropa akan ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia terhadap keamanan dan pertahanan kawasan Eropa. Meskipun demikian, proposal ini mendapatkan dukungan kuat dari negara-negara Eropa Timur dan Utara, yang melihatnya sebagai langkah penting dalam memperkuat pertahanan terhadap potensi ancaman Rusia. (Zia)