TASIKMALAYA | Priangan.com – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Tasikmalaya sejak Minggu malam hingga Senin dini hari, 4 Agustus 2025, memicu bencana tanah longsor di Kampung Cijelereun, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu.
Sebuah tembok penahan tanah setinggi lima meter ambruk dan menimpa rumah warga yang berada tepat di bawahnya. Peristiwa ini menyebabkan dua kamar tidur rumah tersebut hancur. Empat orang yang berada di dalam rumah tertimpa reruntuhan, namun semuanya selamat.
Kapolsek Salawu, AKP Dedi Darsono, membenarkan kejadian tersebut saat dikonfirmasi oleh wartawan. Ia menjelaskan bahwa longsoran terjadi sekitar pukul 02.00 dini hari, saat penghuni rumah sedang tertidur. Salah satu korban, Marlina (35), mengalami luka di bagian kaki, sedangkan anak perempuannya, Mega (3), mengalami luka di kepala dan langsung dirujuk ke RSUD KHZ Musthafa. Dua korban lainnya, yakni Siti Nurjanah (21) dan bayinya Kaesa yang berusia 8 bulan, mengalami luka ringan dan dalam kondisi stabil.
“Empat orang yang ada di dalam rumah langsung kami evakuasi dan bawa ke fasilitas kesehatan. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Ini betul-betul mukjizat, karena bagian rumah yang hancur adalah kamar tidur,” ujar AKP Dedi.
Ia menambahkan bahwa longsoran diduga kuat dipicu curah hujan yang tinggi, ditambah kondisi tanah yang labil. Saat ini, personel kepolisian dibantu warga dan relawan tengah membersihkan puing-puing bangunan dan menutup area rawan di sekitar lokasi untuk mencegah kejadian susulan.
Sementara itu, Ketua RT setempat, Maman Suparman, mengaku masih terkejut dengan peristiwa tersebut. Ia mengaku mendengar suara dentuman keras di tengah malam, dan langsung mendatangi rumah korban bersama warga lainnya.
“Suara runtuhannya seperti ledakan. Kami langsung ke lokasi, dan ternyata rumah Bu Marlina sudah tertimpa tembok. Kami bersama-sama bantu evakuasi. Untungnya, semua penghuni selamat meskipun ada yang luka,” ungkap Maman.
Bencana tidak hanya melanda pemukiman warga. Longsor juga menutup sebagian ruas jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Tasikmalaya dan Garut. Sebuah tebing setinggi 18 meter ambruk ke badan jalan, menyebabkan kemacetan sejak subuh.
Proses evakuasi dilakukan secara manual oleh petugas dari Dinas PUPR, anggota Polri, dan warga menggunakan cangkul, sekop, serta gerobak dorong. Jalan baru bisa dilintasi kembali sekitar pukul 09.00 pagi.
“Evakuasi kami lakukan secara bertahap karena keterbatasan alat berat. Meski begitu, akses jalan sudah bisa dibuka satu lajur,” kata AKP Dedi Darsono menambahkan.
Bencana lainnya juga terjadi di Kecamatan Singaparna, tepatnya di Kampung Cilembu, Desa Cikunten. Luapan Sungai Cikunten dan Citatah mengakibatkan banjir yang merendam rumah warga. Menurut data dari pemerintah setempat, sebanyak sembilan kepala keluarga atau 43 jiwa terdampak.
Sekretaris Camat Singaparna, Hj. Dais Nuronia, menyebut rumah Ai Maryati (60) menjadi yang paling parah terdampak. Bagian dapur rumah tersebut ambruk diterjang banjir, dan bagian lainnya mengalami retakan yang cukup mengkhawatirkan.
“Rumah Bu Ai hancur di bagian belakang. Air sungai meluap sangat deras, merusak pondasi. Kami sudah turun langsung dan akan bantu pendataan serta penanganan darurat,” ujar Dais.
Pemerintah kecamatan bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Tasikmalaya masih terus melakukan penanganan pascabencana dan mendata kerusakan. Warga diimbau tetap siaga, terutama yang tinggal di daerah lereng dan bantaran sungai, karena potensi hujan lebat masih tinggi dalam beberapa hari ke depan. (yna)