GARUT | Priangan.com – Aroma kearifan lokal begitu kental terasa di Gedung R.A. Lasminingrat, Jalan Ahmad Yani, Garut Kota, Kamis (24/4/2025), saat puluhan pelajar dari tingkat SMP hingga SMA menampilkan kisah-kisah Sunda dalam gelaran Pasanggiri Nga-Dongeng. Acara ini menjadi bagian dari peringatan 77 tahun wafatnya tokoh perempuan pelopor literasi Sunda, Raden Ayu Lasminingrat.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Sahabat Museum R.A.A. Adiwijaya dan secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Garut, Totong. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya peran dongeng dalam membentuk karakter generasi muda sekaligus melestarikan budaya daerah.
“Dongeng bukan sekadar hiburan. Di dalamnya ada nilai-nilai kehidupan, ada kearifan lokal yang patut kita wariskan,” ujar Totong.
Pasanggiri Nga-Dongeng kali ini menyedot antusiasme 32 peserta dari berbagai sekolah. Mereka menuturkan ulang kisah-kisah warisan R.A. Lasminingrat seperti Dewa Reksa, Carita Erman, hingga Tukang Domba Gede Ambek. Pementasan dilakukan dalam dua kategori, yakni individu untuk tingkat SMP dan kelompok untuk tingkat SMA.
Ketua panitia pelaksana, Irno Sukarno, mengatakan ajang ini bukan sekadar lomba, tapi momen memperkenalkan kembali sosok R.A. Lasminingrat dan karya-karyanya kepada pelajar masa kini.
“Generasi sekarang perlu tahu, Garut punya perempuan hebat yang memperjuangkan pendidikan dan literasi jauh sebelum kita lahir,” ucap Irno.
Pelaksanaan lomba sempat diundur dari tanggal peringatan wafatnya Lasminingrat, 10 April, demi menyesuaikan dengan kalender akademik sekolah. Namun, hal ini tidak mengurangi semangat para peserta dalam menyuguhkan penampilan terbaik mereka.
Untuk menjaga kualitas dan obyektivitas penilaian, panitia menghadirkan juri dari kalangan akademisi, budayawan, dan pegiat bahasa Sunda. Irno berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah.
“Kami ingin pasanggiri ini terus hidup, bahkan menjadi gerakan pelestarian dongeng di kalangan generasi muda Garut,” tambahnya.
Kehangatan dongeng yang disampaikan dengan penuh penghayatan berhasil menghidupkan kembali semangat literasi lokal. Pasanggiri Nga-Dongeng bukan hanya peringatan, tetapi juga perayaan akan kekayaan budaya yang dimiliki Garut dan semangat pelajar yang terus menjaga warisan itu tetap menyala. (Az)