TASIKMALAYA| Priangan.com – Menanggapi tingginya kerawanan kasus bullying di lingkungan sekolah, khususnya jengkang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tasikmalaya, Dadan Wardana, angkat bicara.
Ia mengakui bahwa perundungan telah menjadi ancaman nyata yang perlu ditangani secara sistematis dan kolaboratif.
“Kami tidak menutup mata. Bullying di SMP memang menjadi alarm serius. Ini bukan hanya soal disiplin, tapi soal pembentukan karakter anak sejak dini,” ujar Dadan saat dihubungi via telepon, Kamis (13/11/2025).
Dadan menjelaskan bahwa masa SMP merupakan fase transisi yang sangat krusial dalam perkembangan psikologis anak. Di gejolak emosi dan pencarian identitas, sehingga rentan terlihat dalam konflik sosial.
“Anak-anak di usia SMP sedang mencari jati diri. Jika tidak diarahkan dengan baik, mereka bisa jadi pelaku atau korban bullying,” katanya.
Untuk mengatasi hal ini, Dinas Pendidikan telah mendorong seluruh sekolah agar memperkuat pendidikan karakter, memperbanyak kegiatan positif, serta membangun sistem pelaporan yang aman bagi siswa.
“Kami minta sekolah aktif membangun budaya anti-bullying. Guru BK harus lebih proaktif, dan siswa perlu ruang aman untuk bicara,” tegas Dadan.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam membentuk lingkungan yang sehat bagi anak-anak. Menurutnya, penanganan bullying tidak bisa hanya mengandalkan sekolah.
“Benteng pertama tetap keluarga. Orang tua harus peka terhadap perubahan perilaku anak dan menjalin komunikasi yang terbuka,” ujarnya.
Dadan mengapresiasi langkah KPAID Tasikmalaya yang telah mengungkap data kerawanan bullying dan kekerasan seksual di sekolah.
Ia berharap sinergi antara pemerintah, lembaga perlindungan anak, dan masyarakat bisa memperkuat sistem perlindungan anak di daerah.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan KPAID dan pihak terkait. Ini bukan tugas satu instansi, tapi tanggung jawab bersama,” tutupnya. (yd)

















