LONDON | Priangan.com – Berbicara soal pelawak, ada satu nama yang begitu melegenda. Sosoknya tak pernah lekang oleh waktu. Walau kini ia sudah tiada, namanya masih dikenang sebagai ikon komedi dunia. Ya, dia adalah Charlie Chaplin. Pria berpenampilan khas dengan kumis kecil bak Adolf Hitler itu meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah industri hiburan dunia.
Lahir pada 16 April 1889 di Inggris, Chaplin tumbuh di keluarga yang kurang mampu. Sejak kecil, ia sudah banyak menghadapi kehidupan yang keras. Untuk bisa hidup, Chaplin bahkan harus menari dan bernyanyi di jalanan. Meski begitu, semua kesulitan itu tak pernah menghalanginya untuk terus berkarya.
Perjalanan kariernya mulai berubah ketika ia bergabung dengan rombongan teater Fred Karno pada usia 19 tahun. Bakatnya yang luar biasa berhasil membawanya ke Amerika Serikat pada 1913. Di sininlah ia mulai merintis karier di dunia film. Chaplin dikontrak oleh Keystone Studios dan menciptakan karakter ikonik “The Little Tramp” seorang pria lugu dengan topi bundar, tongkat, dan gerak-gerik jenaka.
Seiring waktu, namanya semakin dikenal. Popularitasnya terus melejit. Berbagai karya film berhasil ia buat, seperti The Kid (1921), The Gold Rush (1925), dan City Lights (1931). Hampir seluruh film buatannya itu disukai banyak orang. Hal ini menunjukkan kepiawaiannya dalam menggabungkan humor dengan sentuhan emosional. Bahkan ketika film bersuara mulai berkembang, ia tetap berinovasi dengan merilis The Great Dictator (1940), yang berisi kritik tajam terhadap Adolf Hitler.
Walau demikian, di samping popularitasnya dalam industri hiburan, Chaplin nyatanya punya kisah hidupn yang kontroversi. Ia tercatat beberapa kali menikah, dan hubungannya dengan Amerika Serikat sempat bermasalah akibat tuduhan simpati terhadap komunisme. Pada 1952, ia memilih menetap di Swiss bersama keluarganya. Meski begitu, berbagai penghargaan terus berdatangan, termasuk Academy Award kehormatan pada 1972.
Di penghujung hidupnya, Chaplin mendapat gelar kehormatan dari Ratu Elizabeth II pada 1975. Dua tahun kemudian, tepat pada 25 Desember 1977, dunia kehilangan sang maestro komedi. Meski telah tiada, warisan seninya tetap hidup, menginspirasi generasi demi generasi dalam dunia hiburan, bahkan sampai saat ini. (Ersuwa)