TASIKMALAYA | Priangan.com – Pendataan minimarket di Kota Tasikmalaya yang menelan anggaran Rp 1 miliar makin disorot publik. Program ini bukan hanya dinilai janggal, tapi juga penuh tanda tanya karena sebagian paket pengadaan justru dibatalkan setelah sempat ramai diberitakan.
Proyek yang digarap Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) itu dibagi ke dalam 10 paket pekerjaan. Masing-masing paket diberi nama Belanja Jasa Konsultansi Bidang Perindustrian dan Perdagangan – Updating, dengan nilai sekitar Rp 93–94 juta. Skema ini menimbulkan dugaan adanya rekayasa agar pengadaan bisa dilakukan dengan penunjukan langsung.
“Paket ini memang sudah turun SPK di empat kecamatan. Jadi bukan wacana lagi, sebagian pekerjaan sudah berjalan,” ungkap Kepala Bidang Sarana Distribusi Perdagangan Diskoperindag, Mohamad Arif Gunawan, saat ditemui wartawan.
Namun, yang membuat publik bingung, beberapa paket yang sudah masuk ke laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Tasikmalaya justru dibatalkan. Padahal, jika sebagian pekerjaan sudah dimulai, logikanya paket tak bisa serta-merta dihentikan.
Kabar yang beredar di lapangan menyebutkan, anggaran Rp 1 miliar ini bukan murni dari usulan dinas. Diduga ada titipan proyek dari sejumlah anggota DPRD Kota Tasikmalaya.
Sementara itu, ketika wartawan mencoba meminta klarifikasi, Plt Kepala Diskoperindag memilih bungkam. Pesan singkat berisi pertanyaan seputar pembatalan paket dan dugaan titipan DPRD tak kunjung dijawab. Sikap diam ini justru memunculkan kesan bahwa persoalan serius di tubuh instansi tersebut sengaja diabaikan.
Sejumlah kalangan masyarakat menilai, pendataan minimarket sejatinya bisa dilakukan dengan memanfaatkan basis data perizinan yang sudah ada. Dengan begitu, pemerintah tak perlu menghamburkan anggaran besar hanya untuk pekerjaan administratif.
“Kalau anggaran sebesar itu dipakai untuk memperkuat UMKM atau memperbaiki pasar tradisional, tentu lebih bermanfaat. Bukan malah membayar konsultan hanya untuk mendata toko modern,” kata seorang aktivis mahasiswa di Tasikmalaya, Bais Purnama Rahayu. (yna)