Di Dasar Laut, Dunia Terhubung: Sejarah Menakjubkan Kabel Komunikasi Bawah Laut

JAKARTA | Priangan.com – Tidak banyak yang menyadari bahwa di dasar samudra, ribuan kilometer kabel komunikasi membentang diam-diam, menjadi tulang punggung konektivitas dunia modern. Di era serba cepat saat ini, saat kita mengirim pesan lintas benua hanya dalam hitungan detik, sebagian besar lalu lintas komunikasi global itu tidak terjadi melalui satelit, melainkan melalui kabel bawah laut.

Kabel-kabel yang nyaris tak terlihat ini menghubungkan berbagai belahan dunia, dari Amerika hingga Eropa, dari Asia hingga Afrika. Meski tampak seperti keajaiban teknologi abad ke-21, kabel komunikasi bawah laut sebenarnya telah menjadi bagian dari sejarah panjang umat manusia sejak lebih dari 150 tahun yang lalu, jauh sebelum munculnya internet atau telepon seluler.

Kisahnya bermula dari mimpi besar dan keberanian menghadapi lautan luas, ketika para perintis komunikasi mencoba menyatukan dunia melalui seutas kabel yang ditenggelamkan di samudra terdalam.

Gagasan untuk menghubungkan benua melalui kabel bawah laut muncul tak lama setelah telegraf pertama berhasil didemonstrasikan oleh William Cooke dan Charles Wheatstone pada tahun 1839.

Samuel Morse, pencipta sistem telegraf listrik praktis pertama, sempat melakukan percobaan sederhana dengan menenggelamkan kawat berisolasi di perairan Pelabuhan New York, sementara Charles Wheatstone juga mencoba hal serupa di Teluk Swansea.

Tantangan utama saat itu adalah menemukan bahan isolator yang efektif agar arus listrik tidak bocor ke air laut. Solusinya ditemukan dalam getah pohon Palaquium gutta atau gutta-percha, yang terbukti mampu menjaga stabilitas sinyal.

Pada tahun 1847, kabel berlapis gutta-percha sepanjang tiga kilometer berhasil diuji coba dengan baik di lepas pantai Folkestone, Inggris.

Keberhasilan tersebut membuka jalan bagi pembangunan kabel telegraf pertama yang melintasi Selat Inggris pada tahun 1851.

Lihat Juga :  Kusni Kasdut, Robin Hood Indonesia yang Berakhir Tragis

Dalam beberapa tahun kemudian, kabel-kabel lain menghubungkan Inggris dengan Irlandia, Belgia, Belanda, serta wilayah di Denmark.

Lihat Juga :  Kabuyutan Galunggung #5

Namun, tantangan sesungguhnya muncul saat muncul gagasan untuk membentangkan kabel melintasi Samudra Atlantik. Ide ambisius ini digagas oleh Cyrus West Field, seorang pengusaha asal New York yang telah pensiun di usia muda dan memiliki kekayaan besar. Ia bekerja sama dengan insinyur Inggris Frederic Newton Gisborne dan ahli oseanografi Letnan Matthew Maury untuk merancang jalur kabel melalui dasar laut yang dangkal antara Irlandia dan Newfoundland yang kemudian dinamai Dataran Tinggi Telegraf.

Untuk mewujudkan proyek raksasa ini, Field membentuk perusahaan telegraf dan berhasil mengajak tokoh-tokoh penting seperti Peter Cooper, Moses Taylor, Abram Stevens Hewitt, dan bahkan Samuel Morse. Ia juga menghubungkan St. John’s, Newfoundland dengan Nova Scotia sepanjang 400 mil dan memperpanjang jaringan ini hingga ke Amerika Serikat.

Tanpa membuang waktu, ia langsung memesan kabel sepanjang 2.500 mil laut dari Gutta Percha Company. Kabel ini terdiri dari tujuh kawat tembaga yang dilapisi tiga lapis gutta-percha, dibungkus dengan rami berlapis tar, dan diperkuat dengan lilitan kawat besi.

Proses pemasangan dimulai pada Agustus 1857 menggunakan dua kapal perang, HMS Agamemnon dan USS Niagara, yang masing-masing membawa separuh kabel dan berencana menyambungkannya di tengah laut.

Namun, proyek ini segera menghadapi berbagai kendala. Kabel putus berkali-kali dan harus diperbaiki. Setelah berbagai rintangan dan badai hebat, kabel akhirnya berhasil dipasang dan disambung setahun kemudian.

Pada 10 Agustus 1858, pesan pertama dikirim dari Newfoundland ke Inggris, menyatakan bahwa Eropa dan Amerika kini terhubung melalui telegraf. Ratu Victoria mengirim telegram kepada Presiden AS James Buchanan sebagai simbol persahabatan antarbangsa, dan pesan balasannya menyambut kabel ini sebagai kemenangan bagi umat manusia.

Lihat Juga :  Sejarah Gaya Rambut Taucang, Tradisi Unik yang jadi Identitas Pria Tionghoa Era Dinasti Qing

Meskipun keberhasilan awal ini disambut meriah, dengan perayaan besar di New York yang melibatkan dentuman meriam, bunyi lonceng gereja, dan kota yang diterangi cahaya, usia kabel tersebut ternyata singkat. Kabel hanya bertahan kurang dari satu bulan karena percobaan memperkuat sinyal dengan arus listrik berlebihan merusak isolasi. Publik mulai meragukan keberadaan kabel tersebut, bahkan menuduh proyek itu sebagai kebohongan besar.

Lihat Juga :  Jejak Keagungan Olympia dan Warisan Pertandingan Olimpiade Kuno

Namun, Cyrus Field tidak menyerah. Ia kembali menggalang dukungan, kali ini dari tokoh teknik sipil Thomas Brassey dan politisi John Pender, serta membentuk perusahaan baru. Teknologi kabel telah mengalami perbaikan signifikan.

Kabel baru terdiri dari inti tembaga murni yang dilapisi senyawa Chatterton, kemudian ditutup dengan empat lapisan gutta-percha yang diperkuat senyawa semen, dilapisi rami berpengawet, dan dibungkus 18 kawat baja berkekuatan tinggi. Kabel ini lebih berat, hampir satu ton per kilometer, namun jauh lebih kuat.

Kabel sepanjang 2.300 mil laut tersebut dimuat ke kapal raksasa SS Great Eastern yang dikapteni Sir James Anderson. Pada tahun 1865, kapal berlayar dari Inggris menuju Irlandia, namun kabel terputus dan hilang di laut.

Tahun berikutnya, Great Eastern berhasil menemukan dan mengangkat kembali kabel yang hilang, menyambungkannya dengan kabel baru, lalu membentangkannya hingga Newfoundland. Kabel ini mampu mengirim delapan kata per menit, jauh lebih cepat dibanding kabel pertama yang hanya mampu mengirim satu karakter dalam dua menit.

Dalam tiga dekade berikutnya, banyak kabel lain dipasang, menghubungkan berbagai negara seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika, hingga terbentuklah jaringan komunikasi bawah laut yang mengubah wajah dunia. Kabel bawah laut bukan hanya pencapaian teknologi, tetapi juga simbol kerja sama internasional dan ketekunan manusia dalam menaklukkan alam demi mempercepat konektivitas umat manusia. (LSA)

Lain nya