GARUT | Priangan.com – Di usia 76 tahun, Abah Ada Suhada masih setia menggenggam gunting dan sisir. Dari rumah sederhananya di Kampung Peundeuy, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, ia tidak hanya memangkas rambut—tetapi juga membentuk masa depan ratusan anak muda lewat keahliannya yang diwarisi dari zaman Belanda.
Dikenal luas dengan sapaan “Abah Ada”, pria bersahaja ini bukan sekadar tukang cukur. Ia adalah penjaga tradisi, pewaris keahlian turun-temurun, sekaligus guru bagi ratusan murid yang ingin mengukir masa depan lewat seni pangkas rambut.
“Bapak saya dulu tukang cukur di zaman Belanda. Alat cukur peninggalan orang Belanda itulah yang pertama saya pegang saat belajar nyukur,” kenangnya dengan senyum hangat.
Bermodal peralatan tradisional seperti catok, pisau, sisir, dan gunting tua, Abah Ada muda belajar dari nol. Kini, dengan pengalaman lebih dari setengah abad, ia menjelma sebagai ikon pangkas rambut di Tatar Priangan.
Tak puas hanya memangkas, Abah Ada bersama putranya, Iman, mendirikan Abah Ada Barber School Legend.Garut, tempat pelatihan cukur rambut yang telah melahirkan para tukang cukur profesional dari berbagai daerah—bahkan luar Jawa.
“Sudah banyak murid Abah yang kini buka usaha sendiri, bahkan sampai ke Jakarta dan luar pulau. Kalau sudah punya keahlian, insya Allah, uang itu yang datang nyamperin,” ujar pria yang juga menjadi pembina Persaudaraan Pangkas Rambut Garut (PPRG) ini.
Sekolah ini bukan hanya ruang belajar, tapi juga jembatan harapan. Para murid dididik langsung oleh Abah Ada dan anaknya, lalu diterjunkan ke lapangan—memangkas rambut siswa di SD, SMP, SMA hingga pesantren secara gratis. Bagi mereka, rambut adalah media belajar, dan kepala-kepala itu adalah ladang pengabdian.
Tak hanya mengandalkan pengalaman, sekolah ini juga bermitra dengan Disnaker Garut. Setiap lulusan akan mengantongi sertifikat keterampilan, sebagai bekal membuka jalan di dunia kerja.
“Kalau ada sekolah atau pesantren yang ingin kerja sama untuk cukur gratis, Abah siap,” tuturnya penuh semangat.
Dalam dunia yang serba digital, Abah Ada membuktikan bahwa keterampilan tangan, jika dilatih dengan hati dan diwariskan dengan cinta, tetap abadi.
Seperti tajamnya gunting yang ia pegang sejak muda, dedikasinya tak pernah tumpul oleh waktu. (Az)