TASIKMALAYA | Priangan.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang mengancam 351 desa di 39 kecamatan.
Langkah ini diambil menyusul curah hujan tinggi disertai kondisi geografis dan geologis wilayah yang rawan longsor, banjir, pergerakan tanah, pohon tumbang, hingga banjir rob.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD Tasikmalaya, Yayat Suryatna, menyebut seluruh unsur terkait mulai TNI, Polri, PMI, Tagana, hingga relawan dikerahkan untuk siaga penuh. Edukasi dan mitigasi juga dilakukan langsung kepada warga agar lebih waspada terhadap ancaman bencana.
“Peralatan darurat sudah kami siapkan. Kami imbau masyarakat tetap waspada karena ancaman hidrometeorologi ini nyata, apalagi Tasikmalaya menempati peringkat kedua daerah rawan bencana di Jawa Barat,” kata Yayat, Rabu (13/8/2025).
Ia memaparkan, banjir biasanya terjadi di Kecamatan Cipatujah, Sukaresik, Karangnunggal, dan Singaparna, sementara longsor kerap melanda Salawu, Taraju, Culamega, Sodonghilir, Cineam, Sukaraja, Salopa, Cigalontang, Cisayong, Karangjaya, Sukahening, hingga Bojonggambir. Kontur tanah labil di kawasan perbukitan membuat wilayah-wilayah ini sangat rentan saat hujan deras turun.
Di sisi lain, cuaca ekstrem juga berdampak pada wilayah pesisir. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tasikmalaya, Dedi Mulyadi, mengungkapkan gelombang setinggi empat meter disertai angin kencang telah menenggelamkan lima perahu, merusak empat perahu yang terdampar, dan membuat 26 perahu karam.
“Beruntung tidak ada korban jiwa. Kami sudah mendapat imbauan dari BMKG sehingga seluruh nelayan di Dermaga Pamayangsari dan wilayah Cikalong memilih berhenti melaut. Semua perahu saat ini disandarkan di dermaga untuk menghindari kerusakan lebih parah,” jelas Dedi.
BPBD mengingatkan warga pesisir dan daerah rawan bencana untuk memantau informasi cuaca secara berkala dan mengutamakan keselamatan di tengah kondisi yang masih berisiko tinggi. (yna)