HAVANA | Priangan.com – Nama Clara Maass mungkin tidak setenar tokoh sejarah lainnya, namun pengorbanannya dalam bidang kedokteran telah menyelamatkan banyak nyawa.
Clara Maass adalah seorang perawat Amerika yang mengorbankan hidupnya demi kemajuan ilmu kedokteran. Lahir pada 28 Juni 1876 di East Orange, New Jersey, Maass adalah anak tertua dari sepuluh bersaudara yang tumbuh dalam kemiskinan. Untuk membantu keluarganya, ia menjadi salah satu lulusan pertama Sekolah Pelatihan Perawat Christina Trefz di Rumah Sakit Jerman Newark.
Pada tahun 1898, selama Perang Spanyol-Amerika, tentara Amerika Serikat menghadapi ancaman besar bukan dari musuh, melainkan dari penyakit mematikan seperti malaria dan demam kuning. Penyakit ini merenggut lebih banyak nyawa dibandingkan pertempuran itu sendiri.
Para dokter, termasuk Walter Reed, Henry Rose Carter, dan Jesse Lazear, bekerja keras menemukan sumber penularan demam kuning. Bersama ahli epidemiologi Kuba, Carlos Finlay, mereka menguji teori bahwa nyamuk Aedes aegypti adalah penyebar penyakit ini.
Clara ditugaskan merawat pasien demam kuning di Rumah Sakit Las Animas, Havana. Kariernya selalu berfokus pada membantu orang lain, dan partisipasinya dalam eksperimen Aedes aegypty ini memberinya kesempatan untuk berkontribusi pada ilmu kedokteran. Kekebalan yang mungkin diperolehnya juga akan membantunya merawat pasien.
Sebagai perawat kontrak untuk Angkatan Darat Amerika Serikat selama Perang Spanyol-Amerika dan Perang Filipina-Amerika, Clara secara sukarela mengikuti eksperimen tersebut.
Ia termasuk di antara 19 peserta dan satu-satunya perempuan serta satu-satunya warga Amerika yang beberapa kali terpapar nyamuk yang diyakini terinfeksi. Ia digigit tujuh kali selama periode Maret hingga Agustus 1901.
Hingga Agustus 1901, hanya satu peserta yang mengalami gejala ringan. Namun, pada bulan tersebut, tujuh kasus demam kuning terkonfirmasi, termasuk Clara yang jatuh sakit setelah gigitan terakhir pada 14 Agustus. Ia meninggal pada 24 Agustus 1901, di usia 25 tahun.
Kematian Clara membuktikan bahwa gigitan nyamuk yang terinfeksi bukanlah metode aman untuk mengembangkan kekebalan terhadap demam kuning. Eksperimen ini pun dihentikan.
Temuan ini juga memperkuat teori bahwa pengendalian populasi nyamuk adalah kunci dalam memerangi penyakit tersebut. Jenazah Clara dimakamkan di Havana sebelum akhirnya dipindahkan kembali ke Amerika Serikat setahun kemudian. Berkat upaya Leopoldine Guinther, pengawas Rumah Sakit Newark Memorial, nama Clara dan pengorbanannya tetap dikenang.
Pada tahun 1952, Rumah Sakit Jerman Newark berganti nama menjadi Rumah Sakit Memorial Clara Maass.
Hingga kini, rumah sakit tersebut dikenal sebagai Pusat Medis Clara Maass, yang memiliki museum kecil berisi barang-barang pribadi Maass serta surat dan dokumen sebagai penghormatan.
Pemerintah Kuba adalah yang pertama menghormati Clara dengan menerbitkan perangko dengan fotonya pada tahun 1951.
Dan pada tahun 1976, Amerika Serikat menerbitkan perangko untuk memperingati seratus tahun kelahirannya. Hingga kini, pengorbanannya menjadi simbol keberanian dan dedikasi dalam profesi perawat. (Lsa)