BEIJING | Priangan.com — Pemerintah China menuding Amerika Serikat berupaya mencampuri dan merusak hubungan antara Beijing dan New Delhi. Tuduhan itu disampaikan menyusul laporan terbaru Departemen Pertahanan AS yang menyinggung dinamika hubungan China–India dan dampaknya terhadap kerja sama strategis India dengan Washington.
Dalam konferensi pers pada 25 Desember 2025, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menilai laporan Pentagon tersebut tidak bertanggung jawab dan sarat kepentingan geopolitik. Menurutnya, Washington secara sengaja memelintir kebijakan pertahanan China demi mempertahankan dominasi militernya di kawasan.
“Laporan AS mendistorsi kebijakan pertahanan China, berupaya memecah belah China dengan negara lain, serta mencari pembenaran bagi hegemoni militernya sendiri,” ujar Lin. Ia menegaskan Beijing dengan tegas menentang pendekatan semacam itu.
Pernyataan tersebut merespons dokumen Pentagon yang menyebut China berpotensi memanfaatkan ketegangan di sepanjang Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control/LAC), wilayah perbatasan sengketa antara China dan India. Dalam laporan itu, AS menilai isu perbatasan dapat memengaruhi hubungan bilateral Beijing–New Delhi serta kemitraan strategis India dengan Washington.
Beijing menolak penilaian tersebut. Lin menegaskan bahwa hubungan China–India dipandang dari perspektif strategis jangka panjang, dengan penekanan pada stabilitas dan pengelolaan perbedaan secara langsung antara kedua negara. Ia menyatakan China siap meningkatkan komunikasi dan membangun kepercayaan bersama dengan India.
“Masalah perbatasan China–India adalah urusan kedua negara,” kata Lin. Ia menambahkan bahwa situasi di sepanjang perbatasan secara umum tetap stabil dan saluran komunikasi antara Beijing dan New Delhi terus berfungsi. China, lanjutnya, menentang campur tangan atau komentar dari pihak ketiga.
Hubungan China dan India sendiri menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah hampir lima tahun mengalami stagnasi akibat bentrokan di wilayah perbatasan pada Juni 2020. Ketegangan panjang itu mulai mencair setelah pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela KTT BRICS di Kazan, Rusia, pada Oktober 2024.
Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin sepakat mendorong normalisasi hubungan bilateral. Kesepakatan itu mencakup pemulihan kerja sama di berbagai bidang, mulai dari perdagangan, pariwisata, hingga pertukaran budaya yang sempat terhenti akibat ketegangan politik.
Langkah lanjutan kemudian diwujudkan melalui dibukanya kembali penerbangan langsung antara kedua negara serta pemulihan layanan visa. Pekan ini, China meluncurkan sistem aplikasi visa daring untuk mempercepat kunjungan wisatawan asal India.
Di sisi lain, pemerintah India memangkas sejumlah prosedur birokrasi dan mempercepat penerbitan visa bisnis bagi profesional asal China. Langkah-langkah tersebut dipandang sebagai sinyal konkret dari kedua pihak untuk memperbaiki hubungan ekonomi dan menjaga stabilitas kawasan, di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks. (Zia)

















