BEIJING | Priangan.com – Pada hari Senin (29/7), Kementerian Luar Negeri China menanggapi pernyataan bersama antara Amerika Serikat dan Jepang yang “menuduh secara keliru” Tiongkok mengenai isu maritim dan menuding pengembangan militer serta kebijakan pertahanannya.
Pernyataan ini muncul setelah kritik AS dan Jepang terhadap tindakan Beijing yang mereka sebut sebagai perilaku “provokatif” di Laut Cina Selatan dan Timur, serta kerjasama militer dengan Rusia dan ekspansi persenjataan nuklir yang pesat.
Para pemimpin AS dan Jepang pada hari Minggu (28/7) mengumumkan rencana untuk membentuk struktur militer baru yang akan beroperasi secara paralel dengan rencana Tokyo sendiri untuk mendirikan komando gabungan bagi pasukannya pada Maret 2025. Langkah ini diambil sebagai tanggapan terhadap apa yang mereka sebut sebagai “lingkungan keamanan yang terus berkembang,” dengan ancaman yang berkembang dari Tiongkok menjadi perhatian utama.
Sementara Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, dalam jumpa pers rutin, menyatakan ketidakpuasan Tiongkok terhadap kritik tersebut. Dia juga menambahkan bahwa Tiongkok sangat tidak puas dengan penggambaran ancaman Tiongkok yang berlebihan dan spekulasi mengenai ketegangan regional.
“Mereka dengan jahat menyerang dan mendiskreditkan Tiongkok dalam isu maritim dan melontarkan pernyataan yang tidak bertanggung jawab terhadap perkembangan militer dan kebijakan pertahanan nasional Tiongkok,” ujar Lin.
Laporan tahunan AS tentang militer China menyoroti peningkatan cepat persenjataan militer dan hulu ledak nuklir negara tersebut. Namun, Lin menegaskan bahwa Tiongkok selalu mengikuti jalur pembangunan yang damai dan menjalankan kebijakan pertahanan nasional yang bersifat defensif.
“Pembangunan pertahanan nasional serta kegiatan militer kami sah dan masuk akal,” katanya.
Lin juga menekankan bahwa kemampuan nuklir Tiongkok selalu dijaga pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional dan tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun. Ia juga mendesak Amerika Serikat dan Jepang untuk segera berhenti mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok dan berhenti menciptakan musuh imajiner. (mth)