JAKARTA | Priangan.com – Sebagian besar masyarakat pasti mengenal Soeharto. Ia adalah presiden RI kedua yang memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade. Sikap kepemimpinannya yang otoriter, membuat Soeharto banyak dikenang. Bahkan sampai sekarang.
Semasa hidupnya, pria kelahiran Yogyakarta, 8 Juni 1921, ini dikenal dengan banyak kebiasaan unik, salah satunya menghisap cerutu. Soeharto dan cerutu seakan tak terpisahkan, ke mana pun ia pergi, cerutu selalu menemaninya.
Bahkan, selama menjabat sebagai presiden, anak buah Soeharto biasa menjadikan cerutu sebagai indikator untuk membaca suasana hatinya. Kalau ia terlihat menghisap cerutu kecil, suasananya sedang muram atau ia sedang bergulat dengan berbagai pikiran. Sebaliknya, kalau cerutu besar yang ia pegang, itu menandakan hatinya sedang dalam kondisi baik.
Pernah satu waktu, Letnan Jenderal (Purn) Soerjadi, yang kala itu masih berpangkat Letnan Kolonel dan jadi anak buah Soeharto, mengalami saat-saat menegangkan ketika ia meminta maaf kepada Soeharto karena hasil laporannya berbeda dengan laporan sebelumnya.
Hal itu terjadi saat dirinya berada dalam perjalanan bersama Soeharto ke Jakarta. Alih-alih merespons permintaan maaf tersebut, Soeharto hanya membalasnya dengan kepulan asap cerutu yang sengaja disemburkan ke arah dirinya dari bangku belakang mobil. Hal ini tentu saja ia maknai sebagai amarah yang ditunjukan oleh Soeharto kepada dirinya.
Kecintaan Soeharto terhadap cerutu tak hanya diakui oleh pejabat di dalam negeri, para pemimpin dunia pun mengakuinya. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya tamu-tamu luar negeri yang memberikan hadiah berupa cerutu kepada Soeharto.
Bahkan, Perdana Menteri Italia, Giovanni Goria, sempat memberikan hadiah berupa kotak cerutu antik kepada Soeharto saat berkunjung ke Indonesia pada 1988 silam. Hal ini tentu saja sebagai salah satu cerminan pengakuan dunia internasional terhadap kebiasaan Soeharto yang lekat dengan cerutu.
Kebiasaan Soeharto dengan cerutu itu terus dilakukan hingga tahun-tahun terakhirnya. Meski dokter pada saat itu sudah menyarankan agar berhenti menghisap cerutu karena kesehatannya sudah mulai menurun, namun Soeharto tidak sepenuhnya menuruti saran tersebut. Cerutu masih tak bisa lepas dari mulutnya. Alih-alih meninggalkan kebiasaan ini, Soeharto menyiasatinya dengan hanya menggigit-gigit cerutu yang tidak dibakar. (ldy)