JAKARTA | Priangan.com – Sebagian besar orang pasti sudah tak asing dengan sosok yang satu ini. Ya, dia adalah Soeharto. Mantan Presiden kedua Republik Indonesia yang namanya sering disebut-sebut sampai saat ini.
Selama hampir tiga puluh dua tahun berkuasa, ada banyak catatan dosa yang pernah dilakukannya. Dosa-dosa itu terkait dengan berbagai kasus, mulai dari pelanggaran hak asasi manusia (HAM), hingga tindak pidana korupsi yang mengakar sampai ke struktur pemerintahannya.
Berikut adalah beberapa catatan dosa yang pernah terjadi di bawah rezim Soeharto.
1. Banyaknya Tindakan Kekerasan
Selama berkuasa, ada banyak kasus kekerasan yang dilakukan terhadap rakyat dengan dalih menjaga stabilitas nasional. Salah satu yang paling dikenang adalah operasi “petrus” atau penembakan misterius yang menargetkan para kriminal dan preman pada awal era 1980-an.
Pada saat itu, ribuan orang dilaporkan tewas tertembak oleh pelaku yang tak diketahui sosoknya. Proses hukum atas tewasnya orang-orang itu pun tak jelas. Para pelaku yang menjadi aktor di balik penembakan ini tidak pernah mendapatkan proses hukum yang adil.
Tak hanya itu, pelanggaran HAM di wilayah-wilayah konflik seperti Papua dan Aceh juga banyak terjadi. Di bawah kepemimpinan presiden Soeharto, wilayah Papua seringkali dijadikan sebagai daerah operasi militer seperti pada tahun 1969 hingga 1998, di mana banyak warga sipil yang menjadi korban atas kekerasan aparat. Sementara insiden berdarah di Talangsari 1989 dan Tanjung Priok 1984, menambah daftar panjang kekejaman yang dilakukan oleh rezim ini.
2. Perampasan Tanah dan Kekerasan terhadap Petani
Selama Orde Baru berkuasa, kebijakan pembangunan Soeharto sering kali dilakukan dengan mengorbankan hak-hak rakyat kecil. Petani, misalnya. Mereka kerap ditindas dan menjadi korban kerakusan penguasa.
Contoh paling mencolok adalah kasus Kedung Ombo, di mana ribuan hektar tanah rakyat dirampas untuk pembangunan waduk. Mereka yang enggan menandatangani perjanjian untuk menjual tanah, diintimidasi dan disiksa. Selain itu, kasus peternakan Tapos juga menjadi bukti lain kekejaman yang dilakukan oleh Soeharto. Tanah-tanah milik petani, kala itu dirampas hanya untuk memenuhi ambisi Soeharto membangun sebuah peternakan miliknya.
3. Korupsi yang Menggurita
Selama masa pemerintahan Soeharto, kasus korupsi dalam skala besar banyak terjadi. Bahkan, pada tahun 2004, Transparency Internasional memperkirakan kekayaan yang dikorupsi mencapai 15 hingga 25 miliar dolar AS.
Uang negara itu digunakan untuk membiayai yayasan-yayasan yang dikendalikan oleh Soeharto, seperti Yayasan Supersemar dan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan. Kekuasaan yang bergerak terpusat, membuat pengawasan terhadap pemerintah hampir mustahil, sehingga praktik korupsi mengakar kuat.
4. Akhir Orde Baru yang Jadi Biang Kerusuhan Massal
Memasuki pertengahan tahun 1998, amarah rakyat terhadap kepemimpinan Soeharto mencapai puncaknya. Itu terjadi pasca kondisi ekonomi di negeri ini semakin terpuruk karena Indonesia harus mengalami krisis moneter. Tercatat, Nilai tukar rupiah terhadap dollar kala itu anjlok. Dari Rp2380 menjadi Rp16.650. Kondisi ini tentu saja memberikan efek domino terhadap harga-harga kebutuhan pokok. Semua serba naik.
Aknirnya, aksi demonstrasi pun terjadi. Universitas Trisakti mengambil sikap. Ribuan massa yang terdiri dari para mahasiswa dan dosen dari Universitas tersebut berkumpul dan melakukan aksi long march ke Gedung DPR-RI. Sayang, belum juga tiba di depan gedung wakil rakyat, mereka diadang oleh barikade kepolisian di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat dan berujung ricuh.
Empat mahasiswa jadi korban kekerasan aparat. Mereka ditembak dengan peluru tajam. Lantaran geram, kasus penembakan ini pun menimbulkan aksi lain di berbagai daerah hingga berujung pada mundurnya Soeharto dari takhta kepresidenan setelah 32 tahun mendabat. Empat mahasiswa yang tewas di tangan aparat itu, menjadi dosa terakhir yang dilakukan oleh Soeharto sebelum akhirnya dilengserkan paksa oleh rakyat. (ldy)