TASIKMALAYA | Priangan.com – Himpunan Mahasiswa Tangerang (HIMATA) Priangan Timur punya cara berbeda dalam memeringati Hari Buruh Internasional. Mereka berkumpul di kampus Sekolah Tinggi Teknologi Cipasung, Ahad (4/5/2025), untuk menyatakan keberpihakan mahasiswa kepada kaum buruh.
Refleksi Hari Buruh yang mengusung tema “Lebih dari sekadar libur, sebuah panggilan untuk keadilan sosial” ini melibatkan beberapa organisasi kemahasiswaaan dan kesenian, di antaranya Himpunan Mahasiswa Teknik Industri STTC, Majelis Reformis Tasikmalaya, dan Sanggar Harsa UNIK Cipasung.
Rahman, ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri STTC, mengatakan, “Acara ini bukan hanya sebagai sebuah pengingat Hari Buruh, tapi menghargai perjuangan para buruh tani dan pekerja yang sudah membangun negeri ini dengan jerih payah dan memperjuangan hak-hak mereka yang layak.”
Untuk itu, sambung Ketua Majelis Reformis Tasikmalaya, Wildan Faiz, diperlukan kerja sama dari seluruh elemen mahasiswa, instansi pemerintahan dan masyarakat sipil untuk memberdayakan buruh tani dan para pekerja yang merupakan tulang punggung negeri ini.
“Kita tidak bisa menyaksikan kerusakan yang terjadi dengan begitu saja, tapi harus turun langsung untuk menyelesaikanya. Tantangan bagi mahasiswa Teknik Industri pun semakin kompleks, sehingga dituntut melakukan inovasi terus-menerus mengiringi perkembangan zaman,” tutur Wildan dalam rilis yang dikirim Selasa (6/5/2025).
Refleksi Hari Buruh ini digelar hingga larut malam, dilanjut musikalisasi puisi dan penampilan akustik dari UKM Sanggar Harsa UNIK Cipasung yang sangat meriah membawakan lagu-lagu bertajuk hari buruh dan keadilan sosial.
Di ujung acara, para mahasiswa membacakan pernyataan sikap yang berisi lima tuntunan, yakni cabut UU Cipta Kerja beserta PP turunannya, lawan badai PHK, sahkan RUU Ketenagakerjaan pro buruh, serta berikan kepastian dan jaminan kerja yang layak bagi kaum buruh.
Dua, sahkan RUU PRT sekarang juga, berikan jaminan hukum bagi pekerja rumah tangga, hapuskan hubungan kemitraan, pengakuan status pekerja bagi pengemudi ojol, taksi online dan kurir, jamin dan lindungi pekerja medis dan kesehatan, pekerja perikanan, dan kelautan, pekerja perkebunan dan pertanian, pertambangan dan buruh migran.
Tiga, hentikan penggusuran pemukiman dan tanah-tanah rakyat, jalankan reforma agraria sejati: berikan tanah dan teknologi pertanian bagi petani kecil.
Empat, hentikan proyek-proyek PSN yang melakukan pengrusakan terhadap lingkungan, sahkan RUU Masyarakat Adat demi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat adat di seluruh penjuru negeri.
Lima, cabut UU TNI, tolak militer masuk kampus, tolak militer campur tangan urusan sipil, dan kembalikan militer ke barak.
“Dengan deklarasi ini, kami menegaskan komitmen untuk terus bersatu, bergerak, dan berjuang demi keadilan, kesejahteraan, dan martabat pekerja di seluruh Indonesia,” tandas Ferry Tricha Yadi, perwakilan HIMATA Priangan Timur. (nov)