Bukan Tambah Sehat, Makan Bergizi Gratis Bikin Siswa Mual dan Diare

TASIKMALAYA | Priangan.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan di sejumlah sekolah di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, berujung kekhawatiran setelah belasan siswa mengalami gangguan pencernaan.

Gejala yang muncul antara lain sakit perut, diare hebat, mual, dan tubuh lemas. Diduga gejala tersebut berkaitan dengan konsumsi makanan yang dibagikan pihak sekolah pada Rabu (30/4/2025).

Salah satu siswi SMP Negeri 1 Rajapolah, berinisial NH (13), menceritakan bahwa ia mulai merasa tidak nyaman sejak malam hari setelah menyantap makan siang yang terdiri dari nasi, lauk daging, sayuran, dan buah.

“Kami makan sekitar pukul 11 siang di sekolah. Sore masih terasa biasa saja, tapi malamnya mulai sakit perut. Sekitar jam satu dini hari saya mulai buang air besar terus-menerus sampai lima kali,” katanya saat menjalani pemeriksaan di Puskesmas Rajapolah, Kamis (1/5/2025).

NH juga mengaku masih merasa mual dan lesu, meski sudah menjalani perawatan awal. “Perut masih mulas, dan tenaga terasa habis,” ujarnya.

Ia datang ke Puskesmas ditemani orang tuanya karena gejala tak kunjung reda.

Gangguan yang dialami NH bukan kasus tunggal. Sejumlah orang tua siswa dari berbagai sekolah di Kecamatan Rajapolah melaporkan gejala serupa pada anak-anak mereka. Seorang orang tua siswa SD, berinisial IN, mengatakan bahwa anaknya mulai menunjukkan gejala sekitar pukul 12 malam.

“Anak saya mendadak diare, tidak seperti biasanya. Sudah tujuh kali ke kamar mandi sampai subuh. Kami langsung beri air kelapa muda agar perutnya sedikit membaik,” ujarnya.

Dari grup komunikasi orang tua siswa di sekolah, IN mengaku mengetahui bahwa setidaknya 16 anak mengalami gangguan serupa. “Sebagian besar orang tua memilih merawat anak-anaknya di rumah karena gejalanya masih bisa ditangani. Mereka menggunakan air kelapa hijau, ramuan herbal, dan makanan yang ringan untuk pencernaan,” katanya.

Lihat Juga :  Punya 94,5 Juta Pelanggan, XLSMART Siap Guncang Industri Telekomunikasi Nasional

Karena gejala dianggap belum terlalu berat oleh sebagian orang tua, perawatan medis belum sepenuhnya menjadi opsi utama. Banyak keluarga lebih memilih pendekatan tradisional sebagai bentuk pertolongan pertama, seperti memberikan air kelapa hijau untuk membantu menetralisir racun atau membersihkan saluran pencernaan.

Lihat Juga :  Ini Alasan Trump Berlakukan Tarif 32% untuk Indonesia

“Kami ingin lihat kondisi anak dulu, kalau makin parah baru dibawa ke puskesmas,” kata salah satu orang tua.

Meski demikian, sejumlah siswa tetap dirujuk ke fasilitas kesehatan karena menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan kelelahan akibat sering buang air besar.

Hingga Kamis malam, pihak sekolah maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden ini. Dugaan sementara mengarah pada kemungkinan kontaminasi dalam salah satu komponen makanan yang dibagikan.

Kekhawatiran Terhadap Program Makanan Sekolah

Kasus ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua terhadap keamanan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis yang sejatinya bertujuan untuk meningkatkan asupan nutrisi siswa. Beberapa di antaranya berharap ada peningkatan pengawasan dari pemerintah agar kualitas makanan benar-benar terjamin.

“Programnya bagus, tapi pelaksanaannya harus benar-benar diawasi. Jangan sampai niat baik justru membahayakan kesehatan anak-anak,” ujar IN.

Pemeriksaan lebih lanjut oleh dinas terkait diharapkan dapat mengungkap penyebab pasti dari gejala gangguan pencernaan ini serta memastikan kejadian serupa tidak terulang. (yna)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos