Bukan Hanya Telepon, Alexander Graham Bell Punya Karya Ini

Priangan.com – Alexander Graham Bell, sosok yang sering dikenal sebagai penemu telepon, ternyata minat dan kecerdasannya tidak hanya terbatas pada bidang tersebut. Selain kontribusinya yang besar dalam dunia akustik dan telegrafi, Bell juga menciptakan detektor logam, audiometer untuk mendeteksi gangguan pendengaran, serta alat untuk membantu menemukan gunung es.

Bell juga tertarik mengembangkan teknologi yang lebih canggih, seperti sistem yang bisa merekam suara menggunakan medan magnet, yang kelak menjadi dasar bagi perekam pita dan cakram keras.

Meskipun ia gagal mengembangkan prototipe yang berfungsi, rasa penasarannya terhadap berbagai bidang teknologi tidak pernah padam, termasuk dalam dunia penerbangan. Pada tahun 1899, Bell mulai bereksperimen dengan layang-layang untuk menggali kemungkinan penerbangan.

Terinspirasi oleh desain layang-layang kotak dari Laurence Hargrave, Bell mulai menciptakan struktur gabungan beberapa layang-layang untuk menghasilkan daya angkat yang lebih besar. Namun, ia menyadari bahwa masalah utama dalam menciptakan benda terbang adalah perbedaan antara luas permukaan yang meningkat secara kuadrat dan berat yang meningkat lebih cepat dengan pangkat tiga.

Dengan eksperimen-eksperimen di laboratoriumnya di Nova Scotia, Bell menemukan bahwa bentuk tetrahedral, yaitu prisma tiga dimensi dengan empat sisi segitiga, dapat menjadi solusi untuk masalah ini.

Bell membangun sel-sel tetrahedral dengan batang cemara berukuran 10 inci, dilapisi dengan sutra merah tua, dan memiliki berat sekitar satu ons. Dengan menggabungkan beberapa sel ini, ia menciptakan struktur yang lebih stabil tanpa meningkatkan rasio berat terhadap luas permukaan.

Desain terbesar yang ia buat diberi nama ‘Cygnet’, yang berarti angsa kecil dalam bahasa Prancis. Cygnet terdiri dari 3.393 sel dan memiliki panjang 40 kaki serta berat lebih dari 91 kg.

Lihat Juga :  Mengenang Peran Para Istri Prajurit Tawanan Perang di Amerika

Cygnet terbukti berhasil terbang sejauh 168 kaki sambil membawa penumpang manusia, yang saat itu adalah Letnan Angkatan Darat AS Thomas E. Selfridge. Namun, layang-layang ini hancur saat mendarat. Untungnya, Letnan Selfridge selamat.

Prinsip desain tetrahedral yang Bell temukan memberikan kontribusi penting bagi teknik konstruksi penerbangan. Bell meyakini bahwa prinsip ini memungkinkan kita membangun kerangka padat dari bahan ringan dengan bentuk apa pun yang diinginkan.

Dengan menggunakan prinsip ini, ia mampu menciptakan struktur yang sangat cocok untuk mendukung permukaan udara dari berbagai jenis, ukuran, atau bentuk. Meskipun eksperimen dengan layang-layang ini tidak membuahkan hasil yang diinginkan, konsep-konsep yang ditemukan Bell tetap memberikan pengaruh besar dalam dunia penerbangan.

Lihat Juga :  Sejarah Hagia Sophia, Mosaik Keberagaman Agama dan Arsitektur Melintasi Abad

Pada tahun 1907, Bell mengumpulkan sekelompok pemuda yang tertarik pada penerbangan dan mendirikan Aerial Experimental Association (AEA). Tujuan mereka adalah mengembangkan pesawat terbang yang dapat terbang dengan tenaga praktis.

Pada tahun yang sama, AEA membangun layang-layang tetrahedral terbesar. Meskipun berhasil terbang, Cygnet akhirnya hancur setelah mendarat. Sementara itu, anggota AEA lainnya mulai tertarik untuk menciptakan pesawat terbang konvensional, yang akhirnya menghasilkan pesawat ‘June Bug’.

Pesawat ini meraih keberhasilan besar dengan memenangkan Scientific American Trophy pada tahun 1908 setelah terbang sejauh 5.360 kaki dalam waktu kurang dari dua menit. AEA sepenuhnya didanai oleh Mabel Bell, istri Alexander Graham Bell, yang percaya pada visi suaminya. Namun, karena dana yang terbatas, AEA akhirnya dibubarkan.

Meski hanya beroperasi kurang dari dua tahun, AEA memberikan kontribusi besar bagi desain pesawat terbang, termasuk pengembangan penutup kokpit, kemudi ekor, dan penemuan penting lainnya, seperti aileron, yang kini menjadi komponen standar pada pesawat terbang modern.

Lihat Juga :  Misteri Agen 355, Perjuangan Mata-Mata Wanita Tersembunyi di Balik Revolusi

Minat Bell terhadap penerbangan mulai berkurang setelah pesawat terbang yang lebih konvensional diciptakan oleh Wright bersaudara. Namun, ia terus berinovasi dan kembali menciptakan dua layang-layang tetrahedral yang lebih besar, yaitu Cygnet II dan Cygnet III. Sayangnya, keduanya gagal berfungsi dengan baik.

Cygnet III, yang dilengkapi dengan mesin 70 tenaga kuda, hanya mampu terbang sejauh satu kaki. Pada tahun 1912, Bell akhirnya menghentikan eksperimennya di dunia penerbangan. Meskipun eksperimennya dengan layang-layang tidak membuahkan pesawat terbang yang praktis, kontribusi Bell dalam dunia penerbangan tetap sangat signifikan.

Penemuan-penemuannya, terutama aileron, memberikan dasar bagi kemajuan pesawat terbang yang lebih stabil dan efisien di masa depan. Karyanya telah meninggalkan warisan yang tak ternilai dalam sejarah teknologi penerbangan. (LSA)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos