Biografi Sutan Sjahrir; Riwayat Singkat Perjuangan Sang Perdana Menteri Pertama Indonesia

JAKARTA | Priangan.com – Inilah sosok Sutan Sjahrir. Ia merupakan satu dari sekian banyaknya tokoh yang memberi arah pada proses lahirnya Republik Indonesia. Sjahrir lahir di Padang Panjang pada 5 Maret 1909 dari keluarga terpelajar Minangkabau. Masa kecilnya diisi dengan pendidikan Hindia Belanda hingga kemudian melanjutkan sekolah di AMS Bandung

Di kota itu ia aktif di dunia seni dan pendidikan. Dari kelompok teater mahasiswa yang ia geluti, ia mendirikan sekolah rakyat bernama Tjahja Volksuniversiteit yang dibuka untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Pada akhir dekade 1920-an ia berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi hukum. Di negeri itu ia terlibat dalam Perhimpunan Indonesia, organisasi mahasiswa yang memperjuangkan kemerdekaan. Kedekatannya dengan Mohammad Hatta terbentuk kuat di lingkungan organisasi tersebut. Aktivitas politiknya membuat ia pulang ke tanah air dengan pandangan yang lebih matang mengenai perjuangan kebangsaan.

Ketika kembali ke Hindia Belanda pada awal 1930-an, Sjahrir ikut mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Gerakan ini berfokus pada pendidikan politik dan penguatan kesadaran rakyat. Aktivitas itu membuatnya diawasi pemerintah kolonial hingga akhirnya mengalami masa pembuangan.

Pada masa pendudukan Jepang, Sjahrir memilih tetap bergerak secara bawah tanah. Ia melihat kerja sama dengan Jepang berpotensi menimbulkan kesan bahwa kemerdekaan Indonesia hadir sebagai hasil dukungan pihak penjajah baru. Menjelang Agustus 1945, ia menjadi salah satu tokoh yang mendorong agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan tanpa menunggu izin dari pihak pendudukan.

Selepas kemerdekaan, perannya makin menonjol. Pada 14 November 1945 Presiden Sukarno menunjuk Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Ia memimpin pemerintahan dalam suasana politik yang belum stabil. Ia juga merangkap sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri pada periode tertentu. Dalam jabatan itu, Sjahrir menekankan pentingnya diplomasi untuk menegaskan posisi Indonesia di mata dunia. Sikap tersebut memicu perbedaan pandangan dengan kelompok yang ingin mempertahankan perlawanan bersenjata. Ketegangan politik itu kemudian berujung pada penculikan Sjahrir pada Juni 1946.

Lihat Juga :  Mengenal Sosok Che Guevara, Ikon Revolusi Abad ke-20

Setelah tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri, Sjahrir tetap aktif di ranah politik. Pada 1948 ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia yang berupaya menawarkan gagasan sosialisme demokratis. Pada pemilu 1955 partai itu tidak memperoleh suara signifikan. Enam tahun kemudian PSI dibubarkan mengikuti kebijakan pemerintah.

Lihat Juga :  Kisah Marie Curie, Perempuan Pengubah Cahaya Menjadi Obat

Memasuki awal 1960-an posisi politik Sjahrir makin terjepit. Ia ditahan pada 16 Januari 1962 tanpa proses pengadilan. Kondisi kesehatannya terus menurun hingga ia diperbolehkan berobat ke Zürich, Swiss. Di kota itu Sjahrir wafat pada 9 April 1966 di usia 57 tahun. Setahun kemudian pemerintah menetapkannya sebagai pahlawan nasional. (Eri)

Lain nya

Latest Posts

Most Commented

Featured Videos