Historia

Bikini Atoll, Lokasi Uji Coba Nuklir yang jadi Inspirasi Kartun Spongebob

Awan jamur terlihat membubumbung tinggi akibat ledakan uji coba nuklir. | Wikimedia Commons

JAKARTA | Priangan.com – Sebagian besar orang yang mengenal kartun Spongebob Squarepants pasti sudah tak asing dengan Bikini Bottom. Ya, tempat ini menjadi latar kehidupan bawah laut film animasi tersebut. Siapa sangka, ternyata Bikini Bottom terinspirasi dari sebuah tempat di kawasan Samudra Pasifik.

Bikini Atoll. Ya, itulah nama tempatnya. Wilayah ini pernah menjadi lokasi uji coba teknologi nuklir milik Amerika Serikat pada tahun 1954. Dibuatnya kartun Spongebob sendiri merupakan salah satu bentuk kritik terhadap proses uji coba ini.

Lantas, bagaimana kisahnya?

Semuanya bermula pada 1 Maret 1954. Kala itu, sebuah bom hidrogen bernama Castle Bravo diledakkan di Bikini Atoll. Ledakan ini memiliki daya hancur 15 megaton atau sekitar seribu kali lebih kuat dibanding bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Dampak dari uji coba ini tak hanya merusak lingkungan, melainkan juga menimbulkan kontaminasi radioaktif yang luas dan berbahaya.

Pengujian Castle Bravo adalah bagian dari Operasi Castle yang dilakukan oleh Komisi Energi Atom Amerika Serikat. Awalnya, para ilmuwan memperkirakan kekuatan ledakan bom ini hanya sekitar lima hingga enam megaton. Namun, kesalahan dalam perhitungan menyebabkan hasil ledakan jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Awan jamur yang terbentuk akibat ledakan ini mencapai ketinggian lebih dari 39 kilometer, sementara kawah yang dihasilkan memiliki diameter hampir dua kilometer.

Paparan radiasi dari ledakan Castle Bravo berdampak langsung pada penduduk yang tinggal di atol sekitar lokasi uji coba. Penduduk Rongelap, Rongerik, dan Utirik mengalami dampak kesehatan serius akibat jatuhnya debu radioaktif. Bahkan, lima jam setelah ledakan, debu tersebut turun di Atol Rongelap, menyebabkan anak-anak bermain dengan material beracun yang mereka sangka sebagai salju. Efek radiasi menyebabkan berbagai penyakit, termasuk kanker dan cacat lahir, yang berdampak pada generasi berikutnya.

Tonton Juga :  Propaganda Visual: Bagaimana Foto Dimanipulasi untuk Kekuasaan

Tidak hanya masyarakat sekitar yang terdampak, kapal penangkap ikan Jepang, Lucky Dragon No. 5, juga terkena dampak radiasi meski berada sejauh 80 mil dari lokasi ledakan. Salah satu awak kapal meninggal akibat keracunan radiasi, sementara lainnya mengalami gangguan kesehatan serius. Insiden ini memicu ketegangan internasional dan meningkatkan kesadaran global tentang bahaya uji coba nuklir.

Meskipun peristiwa ini menimbulkan dampak yang mengerikan, uji coba nuklir di Samudra Pasifik tetap berlanjut. Antara tahun 1946 dan 1958, Amerika Serikat melakukan 67 kali uji coba nuklir di wilayah tersebut. Baru pada tahun 1963, Perjanjian Larangan Uji Coba Terbatas mulai diberlakukan, yang mengharuskan semua uji coba dilakukan di bawah tanah.

Penduduk asli Bikini Atoll yang sebelumnya dipindahkan untuk kepentingan uji coba nuklir sempat diperbolehkan kembali ke kampung halaman mereka pada tahun 1970-an. Namun, tingkat radiasi yang masih tinggi membuat mereka harus dievakuasi kembali pada tahun 1978. Hingga kini, Bikini Atoll masih belum bisa dihuni oleh manusia karena bahaya radiasi yang tersisa di tanah dan airnya.

Meski begitu, kehidupan laut di sekitar Bikini Atoll menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Ekosistem bawah laut berkembang pesat di kawah-kawah bekas ledakan nuklir. Para ilmuwan menemukan terumbu karang dan berbagai spesies ikan tetap bisa bertahan meskipun telah terkena dampak radiasi bertahun-tahun sebelumnya. (Ersuwa)

zvr
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
%d blogger menyukai ini: