BEIJING | Priangan.com – Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing, Senin (8/7). Pertemuan itu menarik perhatian internasional dalam konteks ketegangan terbaru antara Rusia dan Ukraina.
Orban, yang baru-baru ini memimpin sebagai presiden bergilir Uni Eropa, telah mengejutkan beberapa pemimpin Eropa dengan pendekatannya yang semakin dekat dengan Rusia. Ini terjadi setelah ia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai potensi kesepakatan damai untuk Ukraina.
Kunjungan Orban ke Beijing dianggap sebagai langkah diplomasi yang strategis, terutama mengingat hubungan dekat antara Tiongkok dan Rusia dalam konteks konflik Ukraina. Tiongkok sendiri telah mengusulkan rencana perdamaian enam poin yang didorongnya bersama Brasil, mencoba untuk mendukung upaya-upaya perdamaian global.
Orban, dalam apa yang disebutnya sebagai “Misi Perdamaian 3.0”, telah menekankan pentingnya perdamaian global dan memuji inisiatif perdamaian Tiongkok terkait konflik di sekitar wilayah Eropa Timur.
Namun, kunjungan ini tidak terlepas dari kritik keras dari sekutu-sekutunya di Uni Eropa. Orban telah menjadi figur kontroversial dalam kebijakan luar negeri Eropa dengan mendukung kebijakan pro-Rusia dan mengekspresikan ketidaksukaannya terhadap bantuan militer Barat kepada Ukraina.
Kunjungan itu terjadi dalam konteks perdebatan ekonomi yang lebih luas antara Tiongkok dan Uni Eropa, termasuk keputusan Uni Eropa untuk memberlakukan tarif tinggi pada impor kendaraan listrik China.
Hongaria, berbeda dengan beberapa negara Eropa lainnya, telah mempertahankan hubungan dagang yang kuat dengan Tiongkok, menunjukkan strategi independen dalam politik luar negerinya.
Pertemuan Orban dengan Xi Jinping di Beijing tidak hanya mencerminkan dinamika kompleks dalam diplomasi global saat ini tetapi juga menggambarkan tantangan dan kesempatan dalam hubungan internasional yang semakin berubah di era kontroversi geopolitik modern. (mth)