TASIKMALAYA | Priangan.com – Aksi unjuk rasa yang digelar pengemudi ojek online (ojol) di Tasikmalaya berakhir dengan cara yang tidak biasa. Demo yang sempat menyita perhatian publik itu bubar dengan damai setelah massa aksi menerima beras. Potongan video suasana tersebut pun ramai beredar di media sosial.
Fenomena ini menuai sorotan dari akademisi Universitas Cipasung, Rico Ibrahim. Ia menilai bubarnya demonstrasi karena beras bukan sekadar momen unik, tetapi menyimpan pesan penting yang harus dicermati oleh aparat maupun pemerintah.
“Beras membuat demo bubar dengan damai, begitu potongan video yang kita lihat ketika ojol terima beras di Tasikmalaya. Ini jadi aksi unik di tengah kesedihan rakyat Indonesia melihat ojol di Jakarta meninggal terlindas. Ada kontras peristiwa, namun harus dibaca lebih dalam maknanya,” ujar Rico, Senin (1/9/2025).
Menurutnya, tuntutan demo bukan semata soal sembako, melainkan adanya dorongan agar institusi kepolisian melakukan refleksi atas cara bertindak di lapangan.
“Tuntutan demo harus jelas. Bagaimana demo ini jadi langkah maju dalam pembaruan di tubuh Polri, agar banyak merenung dan tidak melakukan kesewenang-wenangan dalam pengambilan tindakan. Itu inti dari aksi, bukan hanya soal beras,” tegasnya.
Selain itu, Rico menyoroti perlunya kepastian perlindungan hukum bagi para pengemudi ojol. Ia menekankan pentingnya skema jaminan sosial yang melindungi mereka.
“Demo ini juga meminta kepastian bahwa ojol mendapatkan perlindungan hukum. Mereka seharusnya dijamin BPJS dan asuransi jiwa. Itu mestinya ada kesepakatan nyata antara pemerintah dengan para pengemudi,” jelas Rico.
Ia menambahkan, peristiwa di Tasikmalaya seharusnya menjadi momentum perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat.
“Tujuan demo adalah tercapainya kesepakatan kedua belah pihak untuk perubahan yang konsisten. Jangan sampai ini hanya berhenti pada pemberian beras. Pesannya lebih besar, yaitu pembenahan sistem dan perlindungan nyata bagi masyarakat,” pungkasnya. (yna)