TASIKMALAYA | Priangan.com – Semangat kemerdekaan terasa mengalir kuat di Kampung Pajagan, Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Menjelang HUT ke-80 Republik Indonesia, warga setempat bergotong royong membentangkan bendera Merah Putih sepanjang lebih dari 100 meter di sepanjang jalan kampung mereka. Bukan sekadar hiasan, aksi ini menjadi simbol kebersamaan dan bentuk nyata rasa cinta terhadap Tanah Air.
Jalan kecil yang biasanya lengang kini berubah menjadi lorong merah putih yang memesona. Bentangan bendera itu dikaitkan dengan bambu-bambu yang ditanam di pinggir jalan. Warna merah dan putih yang menjuntai panjang membuat siapa pun yang melintas seolah sedang berjalan di tengah semangat nasionalisme yang membara.
Ketua RT 02 Kampung Pajagan, Muhamad Refi, mengatakan bahwa kegiatan ini muncul dari kesadaran warga akan pentingnya menjaga semangat kemerdekaan di tengah perubahan zaman.
“Kami ingin mengingatkan semua, dari anak-anak sampai orang tua, bahwa kemerdekaan bukan sekadar cerita sejarah, tapi warisan yang harus terus kita jaga,” ungkapnya saat ditemui Minggu (3/8/2025).
Refi menjelaskan, pemasangan bendera ini murni hasil gotong royong warga, baik secara materi maupun tenaga. Tak kurang dari Rp1 juta berhasil dikumpulkan dari iuran sukarela warga, yang dengan semangat tinggi turut serta mempersiapkan segala kebutuhan.
“Ini bukan proyek besar, tapi niat besar yang kami tanamkan bersama. Dari kampung kecil ini, kami ingin menunjukkan bahwa cinta Tanah Air bisa diwujudkan dengan sederhana tapi bermakna,” tuturnya.
Fenomena lorong Merah Putih seperti ini bukan hanya muncul di Pajagan. Sebelumnya, Kampung Sukarame di Kabupaten Tasikmalaya juga ramai diperbincangkan karena aksi serupa. Namun alih-alih menjadi tren semata, gerakan ini justru menyebar sebagai bentuk ekspresi warga dalam menyambut bulan kemerdekaan dengan cara yang menyentuh dan menyatukan.
Lebih dari itu, Refi berharap, semangat kolektif yang tercipta dari aksi ini tidak padam setelah Agustusan berlalu. Ia ingin, semangat persatuan dan kekompakan terus hidup dalam kegiatan sosial, keagamaan, hingga gotong royong di lingkungan mereka.
“Jangan berhenti hanya sampai bendera diturunkan. Kebersamaan ini harus terus dijaga. Ini bukan soal dekorasi, tapi soal membangun kesadaran bersama bahwa kita adalah bagian dari bangsa besar,” tegasnya.
Bendera raksasa yang membentang di lorong kampung ini bukan sekadar kain merah putih, tapi simbol harapan, semangat, dan kecintaan warga Pajagan pada Indonesia. Sebuah pengingat bahwa nasionalisme bisa tumbuh dari lorong kecil, dengan hati yang besar. (yna)