LONDON | Priangan.com – Kemacetan dan kekacauan di jalanan ternyata bukan persoalan baru. Sejak abad ke-19, kota-kota besar di dunia sudah menghadapi persoalan serupa, terutama setelah meningkatnya aktivitas kuda, kereta, dan pejalan kaki di pusat kota. Dari kebutuhan untuk mengatur arus lalu lintas inilah lahir sebuah inovasi yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern: lampu lalu lintas.
Cikal bakal sistem pengatur lalu lintas ini muncul di London, Inggris, pada akhir tahun 1868. Seorang insinyur kereta api bernama J. P. Knight merancang sinyal lalu lintas pertama di luar gedung Parlemen di Westminster. Ia menggunakan sistem semafor yang mirip dengan sinyal di jalur kereta, dengan dua lengan untuk mengatur arah kendaraan di siang hari, serta lampu gas berwarna merah dan hijau untuk digunakan pada malam hari. Sinyal tersebut dioperasikan secara manual oleh petugas kepolisian yang berdiri di dekat tiang setinggi sekitar enam meter.
Sistem ini dipasang di persimpangan Bridge Street dan Great George Street, salah satu titik tersibuk di London pada masa itu. Meski menjadi solusi inovatif pada zamannya, sistem sinyal gas ini hanya bertahan sebentar. Beberapa minggu setelah dipasang, lampu gas tersebut meledak akibat kebocoran, melukai polisi yang bertugas. Setelah insiden itu, pemerintah kota memutuskan untuk menghentikan penggunaannya karena dianggap berbahaya.
Gagasan mengatur lalu lintas dengan sinyal tetap tidak berhenti di situ. Di Amerika Serikat, upaya serupa muncul di awal abad ke-20 seiring meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Pada tahun 1912, seorang polisi bernama Lester Farnsworth Wire di Salt Lake City, Utah, membuat lampu lalu lintas listrik sederhana dengan dua warna, merah dan hijau. Empat tahun kemudian, sistem lampu listrik permanen dipasang di Cleveland, Ohio, tepatnya di persimpangan East 105th Street dan Euclid Avenue. Lampu tersebut menjadi awal mula penggunaan sistem otomatis yang dikendalikan secara listrik.
Perkembangan penting terjadi pada tahun 1920 di Detroit, ketika seorang polisi bernama William Potts menciptakan sistem tiga warna: merah, kuning, dan hijau. Inovasi ini memungkinkan adanya tanda peringatan sebelum kendaraan harus berhenti sepenuhnya. Sistem ini terbukti efektif dalam mengurangi risiko kecelakaan dan segera diadopsi di berbagai kota besar di Amerika.
Seiring kemajuan teknologi, lampu lalu lintas terus berevolusi. Dari lampu gas yang dioperasikan secara manual, kini sinyal lalu lintas dikendalikan secara digital dan terintegrasi dengan sistem pengaturan cerdas. Fungsi utamanya tetap sama: menjaga keselamatan dan keteraturan di jalan.
Lebih dari satu setengah abad sejak pertama kali ditemukan, lampu lalu lintas menjadi simbol penting dalam kehidupan modern. (wrd)

















